CERBUNG

CANDU CIUMAN
PART 1

Alena tersenyum saat tugas matematika berhasil dia kerjakan saat itu juga. Kelas sudah sepi dan langit mulai gelap, tapi Alena masih bertahan di sekolah hanya untuk mengerjakan tugas matematika. Bisa saja tugas itu dikerjakan di rumah, tapi besok Alena ada acara seharian, jadi dia tidak sempat mengerjakan tugas untuk lusa. Alena meregangkan tangannya ke samping untuk melepas penat karena mengerjakan tugas tadi.
"Ya ampun, ternyata udah hampir malam. Gawat!" pekik Alena kaget saat matanya tertumbuk pada langit gelap di luar kelas. Dengan tergesa-gesa Alena membereskan aalat-alat tulis dan bukunya. Setelah selesai, Alena segera keluar kelas dengan terburu-buru.
Brakk ...!
Alena bertabrakan dengan seseorang. Alena jatuh terduduk di lantai dengan posisi pantatnya yang jatuh terlebih dahulu. Sambil meringis kesakitan, Alena mencoba berdiri.
"Sini, gue bantu," kata sebuah suara yang menurut Alena sangat familiar di telinganya. Spontan Alena menoleh dan di tengah-tengah cahaya yang temaram Alena mengenali laki-laki yang bertabrakan dengannya. Riko. Playboy di sekolahnya. Riko melirik sekilas ke arah rok Alena yang tersingkap sedikit dan memperlihatkan sedikit betis gadis itu.
"Mulus juga ..." kata Riko tersenyum menyeringai. Alena melotot, dia menelengkan kepalanya ke kanan, tidak mengerti maksud ucapan Riko.
"Maksud lo?" tanya Alena polos. Riko terkekeh, kembali dia mengulurkan tangannya ke arah Alena untuk membantu gadis itu berdiri. Ragu-ragu Alena menerima uluran tangan Riko. Dengan spontan Riko langsung menarik Alena berdiri.
Karena Riko menariknya terlalu keras, Alena tidak siap dan dia langsung terbenam dalam pelukan Riko. Ya, Alena ada dalam pelukan playboy itu. Perlahan tangan Riko mulai mempererat pelukannya. Riko mendesah di telinga Alena, gadis itu jadi merasakan ada sesuatu yang aneh yang mengaduk-ngaduk perutnya. Jantung Alena berdetak kencang saat Riko menjilati tengkuknya dan lehernya dengan gairah yang aneh. Perlahan bibir Riko mulai merambah ke bibir Alena, dikecupnua bibir gadis itu. Alena sedikit tersentak, tapi entah kenapa dia begitu menikmatinya. Riko sepertinya tahu, laki-laki itu mulai memberanikan diri. Riko memagut bibir Alena dengan gairah, dan menggigit bibir bawah Alena.
"Ahh ...," desah Alena di tengah-tengah ciuman yang dilakukan Riko.
Riko tak berhenti sampai di situ, lidahnya mulai menjelajah masuk ke dalam mulut Alena. Riko mengulum bibir ranum itu dengan penuh nafsu. Tangan Riko yang semula hanya memeluk punggung Alena mulai bergerilya. Pertama tangan kirinya mulai menyusup di balik seragam Alena dan meremas buah dada gadis itu.
"Ukhh ..." Alena merasakan sensasi itu. Kesempatan itu tak dilewatkan Riko, laki-laki itu mendorong tubuh Alena hingga jatuh ke bawah. Sekarang posisi Alena di bawah Riko. Perlahan tangan Riko mulai membuka kancing baju Alena dan dengan segera pemandangan indah itu mulai terlihat. Riko menghujani tubuh Alena dengan ciumannya yang bertubi-tubi. Alena mendesah dan tak kuasa menolak sensasi yang ditawarkan Riko. Walau sebenarnya Alena ingin mendorong tubuh Riko, tapi entah kenapa hasratnya menolak. Saat Riko mulai tak bisa menahan diri lagi, tiba-tiba ...
Kringg ...! Kringg ...!
Handphone Alena berbunyi pas di saat yang tepat. Wajah Alena langsung merona malu saat dia menyadari apa yang dilakukannya tadi. Dengan cepat Alena mengangkat ponselnya.
"Hallo?" sapa Alena di ponsel.
"Len, kamu dimana? Kenapa jam segini belum pulang?" tanya ibu Alena khawatir. Alena sedikit tercekat dan bingung harus jawab apa. Mata beningnya menangkap sosok Riko di sebelahnya yang masih memandangnya dengan penuh hasrat.
"I ... iya, Bu. Sebentar lagi Lena akan pulang. Tadi keasyikan ngerjain PR," jawab Alena sedikit gugup.
" Ya sudah, cepet pulang ya ..." balas ibu Alena, terdengar hembusan lega dari ibu Alena.
"Iya, Bu," jawab Alena dan segera menutup ponselnya.
Riko tersenyum, tangannya meraih Alena hingga terjatuh lagi dan dengan segera laki-laki itu kembali menghujani tubuh Alena dengan ciuman dan meninggalkan beberapa kiss mark di beberapa tubuh gadis itu. Alena mengaduh kesakitan saat Riko menggigit buah dadanya. Pikiran Alena mulai jernih, dia teringat ibunya, dengan membulatkan tekad, Alena mendorong tubuh Riko menjauh. Riko terhempas oleh dorongan Alena yang lumayan keras.
"Kenapa?" tanya Riko tak mengerti. Alena menggelengkan kepalanya.
"Maaf, gue nggak bisa, Rik. Gue bukan cewek murahan yang selalu ada di sekitar lo," kata Alena sedikit ketus. Gadis itu segera membenahi seragamnya yang kusut dan terbuka. Setelah merapikan seragam dan rambutnya, Alena mengambil tas sekolahnya, tapi Riko dengan segera menarik pergelangan tangan Alena sehingga gadis itu mau tak mau jatuh lagi dalam pelukan Riko.
"Gue tunggu lo besok malem. Di tempat yang sama dan jam yang sama, Alena ..." bisik Riko di telinga Alena. Hati Alena langsung berdesir aneh, dan entah kenapa Alena malah menganggukkan kepalanya patuh. Alena seolah terhipnotis. Ya, terhipnotis oleh pesona Riko dan hasrat laki-laki itu.
Riko tersenyum, dia menjulurkan lidahnya dan menjilati telinga Alena dan perlahan Riko langsung mencium bibir Alena dengan hasrat yang tak tertahankan. Nafas mereka beradu seperti alunan nada. Riko menjauh perlahan dan mengerling nakal ke arah Alena.
"Sampai jumpa besok, Honey ...," kata Riko dan melemparkan kiss bye ke arah Alena.
Alena hanya terdiam seperti orang bego. Gadis itu meraba bibirnya yang berkali-kali dihujani ciuman oleh Riko. Ada sesuatu yang tertinggal di bibir Alena. Ketagihan. Ya, Alena menginginkan ciuman Riko. Bukan hanya sekali, tapi berulang kali.
"Apa yang terjadi sama gue? Ishh, Lena ... sadarlah! Kenapa lo jadi terpesona gini sama Riko? Gue bego ...!" maki Alena pada dirinya sendiri.
Dalam temaram bulan sabit, Alena melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumah. Sudah cukup kegilaan yang terjadi pada dirinya malam ini. Ciuman pertamanya direnggut begitu saja oleh playboy itu dan anehnya Alena tak kuasa menolak. Bahkan sekarang Alena merindukan ciuman itu.


PART. 2

Alena terdiam sebentar di depan cermin sambil memandangi wajahnya yang masih basah karena habis mandi. Perlahan tangannya memegang bibirnya yang masih terasa hangat akan ciuman yang dilakukan Riko sabtu malam kemarin. Bekas itu masih terasa sampai sekarang. Alena menghembuskan nafas sambil sedikit menggerutu.
                                                                                                                                          
"Gue ini kenapa sih? Sadar, Lena ..., elo jangan mau tertipu sama cowok brengsek itu. Riko itu playboy! Inget itu baik-baik," gerutu Alena pada dirinya sendiri. Alena menjitak kepalanya dan langsung mengaduh kesakitan.

"Aoww ..." jeritnya tertahan. Ibu Alena yang tidak sengaja lewat depan kamar Alena langsung melongok ke dalam.

"Len, kamu kenapa?" tanya ibunya penasaran. Alena yang meringis kesakitan menoleh sambil nyengir.

"Nggak ..., Lena nggak apa-apa kok, Bu. Tadi Lena tersandung gitu, hehehe ...," jawab Alena sedikit berbohong. Jangan sampai ibunya tahu tentang kejadian itu. Bisa kena ceramah malahan.

"Kamu nggak berangkat sekolah? Udah siang lho," tegur ibu Alena sambil melihat jam dinding di ruang tamu. Alena melirik sekilas ke jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Jam setengah tujuh pagi. Ini sih sudah telat banget.

"Hah? Jam setengah tujuh?!" pekik Alena kaget. Terburu-buru Alena menyiapkan jadwal pelajaran hari ini. Sambil sesekali melirik jam tangannya. Ibunya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kecerobohon Alena yang tak pernah ada habisnya.

"Ya sudah, ibu ke dapur dulu ya. Cucian numpuk nih," kata ibu Alena sambil berlalu dari kamar Alena. Alena mengangguk.

"Iya, Bu. Ntar kalau Lena mau berangkat, Lena pamit ke dapur," jawab Alena tanpa memalingkan wajahnya. Dia masih sibuk berkutat dengan pelajaran apa saja yang harus dibawanya hari ini.

"Aishh, gue sampai lupa. Nanti setelah jam istirahat kan ada ulangan kimia? Mampus gue!" gerutu Alena lagi sambil menepuk keningnya. Sifat cerobohnya dari dulu tidak sembuh-sembuh, malah semakin parah.

"Hufft, alamat nggak bisa istirahat di kantin deh nanti. Terpaksa harus belajar. Dan ini semua gara-gara Riko! Gue nggak boleh terperdaya sama cowok brengsek itu. Hmm, gue harus jebak dia. Oke, kita lihat saja nanti master playboy," gumam Alena sambil tersenyum sinis. Dalam otaknya sudah tersusun rencana untuk memperdaya Riko.
*******

Alena berlari-lari kecil untuk mengejar pintu gerbang sekolah yang mau ditutup. Tapi lagi-lagi itu semua gagal. Pintu gerbang sudah ditutup dan itu tandanya Alena harus menunggu di luar gerbang sampai jam pelajaran pertama selesei.

"Yah, gue telat. Uhh, apes banget sih gue," gerutuan itu terdengar dari mulut Alena. Tiba-tiba ada suara orang berdehem di belakangnya. Spontan Alena menoleh, dan dia langsung tercekat begitu mengetahui siapa orang itu.

"Rik ... Riko?" desis Alena tak percaya. Riko melangkah maju mendekati Alena sambil tersenyum jahil. Alena mendegut ludah dan perlahan dia mundur ke belakang, berusaha menjauhi Riko.

"Hello, Honey .... Nggak nyangka gue bisa ketemu lo di sini. Ternyata kita jodoh ya? Sampai telat juga barengan," oceh Riko sambil sesekali melirik Alena dari atas ke bawah. Alena sadar, dari sorot mata itu mengandung nafsu yang teramat besar.

"Oh ya, lo masih inget janji lo ke gue ntar malem, kan?" tanya Riko menyeringai lebar.

Degh! Jantung Alena langsung melompat-lompat saat mendengar pertanyaan Riko. Alena menundukkan wajahnya, tidak berani menatap mata Riko. Dan entah angin apa yang mendorong Riko, sehingga laki-laki itu nekat maju dan meraih dagu Alena lalu mencium bibirnya penuh nafsu. Alena shock. Pikirannya kalut. Dan hal itu dimanfaatkan Riko untuk menciumnya lebih dalam lagi. Lidah Riko memaksa untuk masuk ke dalam mulut Alena. Tapi Riko tidak berhasil, Alena berusaha untuk tidak membiarkan Riko melangkah lebih jauh lagi. Tangan Alena mengepal dan dengan dorongan sekuat tenaga dia mendorong tubuh Riko sampai laki-laki itu terhempas dan terjatuh ke tanah.

"Aoww ..." teriak Riko shock. Dia memandang Alena penuh tanda tanya. Alena menghembuskan nafasnya dan tersenyum manis ke arah Riko.

"Sorry, Rik. Bel pelajaran pertama udah bunyi. Gue harus masuk kelas. Bye," kata Alena sambil melenggang pergi meninggalkan Riko yang masih melongo.

"Alena! Jangan lupa ntar malam!" teriak Riko keras biar terdengar Alena. Tanpa menoleh, Alena melambaikan tangan.

"Sial! Kenapa justru gue yang ketagihan ciuman Alena? Gue kenapa sih?!" maki Riko pelan pada dirinya sendiri.

Dan di kejauhan Alena tersenyum tertahan. Akhirnya dia bisa mengendalikan perasaannya. Rayuan playboy itu dengan ciumannya berhasil dipatahkannya.
*******

Lagi-lagi Alena dapat banyak tugas dan dia terpaksa harus mengerjakan di sekolah. Karena dia sibuk membantu ibunya menggoreng jajanan pasar, Alena tak punya waktu untuk belajar di rumah. Terpaksa dia harus pulang sedikit larut dari sekolah. Sambil menghela nafas Alena sibuk berkutat dengan soal-soal yang banyak sekali di buku tugasnya.

"Wah, ternyata elo nepatin janji ya? Gue kira lo udah pulang," terdengar sebuah suara di kelas yang hanya ada Alena seorang. Alena mengenali suara itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Riko.

"Gue ngerjain tugas. Dan harus selesei, jadi tolong jangan ganggu gue," kata Alena ketus. Riko bersiul sambil melangkah mendekat.

"Waow, lo berani juga ya ngomong gitu ke gue? Gue udah bilang kemarin, kan, kalau gue menginginkan lo, Alena ...," balas Riko tak mau kalah. Alena mengatur emosinya yang mulai memuncak.

"Tolong, Rik. Tugas gue banyak. Bisa nggak sih lo nggak gangguin gue?" kata Alena setengah membentak karena kesal dari tadi Riko mengganggu terus. Riko mengangkat bahu tak peduli, dia merunduk dan berbisik di telinga Alena.

"Gue nggak peduli, Honey. Yang gue inginkan bukan omelan lo, tapi tubuh lo. Kebetulan malem ini kayaknya dingin banget ya," desis Riko sambil mendesah.

Alena merasakan perutnya seakan-akan diaduk-aduk. Sesuatu yang aneh berdesir lembut membangkitkan gairah yang sengaja ditahan Alena dari tadi.

Riko sepertinya paham, dari reaksi Alena, pertahanan gadis itu sudah runtuh. Perlahan lidah Riko menjilati leher gadis itu dan tengkuknya. Alena sedikit mengejang. Riko mulai bertindak lebih jauh, direngkuhnya tubuh Alena hingga luruh ke lantai. Dan tanpa banyak bicara Riko kembali menghujan bibir mungil itu dengan ciumannya yang super ganas. Dikulumnya bibir Alena dan begitu bibir itu sefikit membuka, lidah Riko langsung masuk ke dalam dan bergerilya. Tangannya sibuk melepas kancing-kancing baju Alena.

"Mmmhh ...," desah Alena. Riko berhasil melepas baju Alena dan sekarang dia harus melepas pakaiannya sendiri. Tanpa melepas ciumannya, Riko tetap bisa melepas pakaiannya. Dan saat ini keadaan mereka berdua sama-sama naked. Riko memandang tubuh putih di bawahnya dengan takjub. Sungguh dia tidak mengira, Alena gadis yang paling jutek sama semua kaum adam, ternyata menyimpan kecantikan luar biasa pada tubuhnya yang molek.

Hasrat Riko semakin memuncak, saat dia mau melampiaskan nafsunya, tiba-tiba dia melihat airmata turun perlahan dari pipi gadis itu. Ya, Alena menangis. Tanpa sadar hati Riko jadi merasa aneh. Diurungkannya hasrat bejatnya itu. Tangannya perlahan mengusap pipi gadis itu yang basah akan airmata.

"Elo kenapa?" tanya Riko khawatir. Alena memejamkan matanya sambil terus menangis.

"Gue ... gue ...," Alena tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Spontan Riko memeluknya dengan penuh perasaan sayang.

"Maafin gue udah buat lo nangis kayak gini. Gue nggak suka lihat cewek nangis di depan gue. Shht, udah ..., jangan nangis lagi ya? Gue janji nggak akan melakukan apapun ke elo. Elo percaya sama gue, kan?" kata Riko pelan. Alena tersentak. Dia tak percaya Riko bisa selembut ini. Dan bisa pengertian seperti ini. Ini jelas-jelas di luar perkiraannya.

"Ini, pakai baju lo. Gue antar lo pulang," lanjut Riko sambil mengulurkan baju seragam Alena. Alena melongo menyaksikan sikap Riko yang berubah drastis. Tapi tak urung dia mengambil bajunya dan segera memakainya lagi. Riko juga melakukan hal yang sama.

"Udah selesei?" tanya Riko. Alena mengangguk. Setelah membereskan buku-bukunya, Alena meraih tasnya dan melangkah keluar kelas. Di depan kelas sudah menunggu Riko yang matanya menatap ke arah langit. Tatapannya kosong. Entah apa yang dipikirkannya.

"Rik?" panggil Alena. Riko tersentak kaget.

"Ah iya, sorry .... Yuk, kita pulang," ajak Riko. Alena mengangguk dan berja;lan di samping Riko dengan perasaan campur aduk.

Akhirnya perjalanan yang ditempuh satu jam itu berakhir sudah. Alena memandangi rumahnya dan Riko bergantian. Riko tersenyum lembut dan merundukkan wajahnya. Spontan Alena mundur ke belakang sambil memejamkan mata. Riko terdiam, dia menyentuh rambut gadis di depannya itu dengan sayang.

"Jangan takut sama gue, Len. Please ...," pinta Riko memelas. Alena membuka matanya, dan matav beningnya menangkap kejujuran dalam mata Riko. Riko kembali tersenyum dan dikecupnya kening gadis itu dengan lembut.

              "Selamat tidur, Alena ...," kata Riko setelah melepaskan kecupannya. Riko perlahan berjalan menjauh sambil bersenandung kecil meninggalkan Alena yang masih termangu di tempatnya berdiri.


 
PART. 3

Keesokan harinya Alena tak sengaja bertabrakan dengan Riko. Riko terjatuh tepat di atas Alena. Mereka berdua terdiam untuk beberapa detik. Alena menatap Riko dengan perasaan yang aneh dan tidak menentu. Riko sebaliknya, dia hanya bisa mendegut ludah saat bertatapan dengan mata Alena.

"Gila! Kenapa gue jadi aneh gini? Shit! Nggak mungkin kan kalau gue suka sama cewek ini? Mustahil!" umpat Riko dalam hati. Saat mata Riko menatap bibir Alena yang ranum itu, entah kenapa Riko tidak bisa mengendalikan dirinya. Perlahan Riko merunduk dan semakin dekat dengan bibir Alena. Jarak mereka tinggak 1 cm lagi. Alena hanya bisa terdiam. Dan saat Riko hampir mengecup bibir Alena, tiba-tiba ...

"Rik!" panggil seseorang di belakang Riko. Sontak Riko kaget dan menjauhi Alena lalu menoleh ke belakang. Ternyata Giska, gadis sexy di sekolah mereka.

Giska menghampiri Riko perlahan sambil mengulum senyum menggoda, tapi saat tatapan matanya jatuh pada Alena, dahi Giska sedikit berkerut. Raut wajah cemburu mulai tampak di wajahnya. Berbagai pertanyaan hinggap di kepalanya. Tapi itu semua tidak penting bagi Giska, yang penting baginya sekarang adalah Riko.

"Elo ngapain di sini, Gis?" tanya Riko tidak senang. Ya, Riko merasa kehadiran Giska mengganggu kegiatannya tadi. Tapi Giska hanya memberikan senyum menggodanya pada Riko. Diraihnya tangan Riko dengan manja dan Giska bergelayut di tangan laki-laki itu.

"Rik, kita nge-date yuk ...," ajak Giska to the point. Riko mengerutkan keningnya, dia tahu apa yang dimaksud Giska dengan nge-date. Ya, Giska ingin bercinta dengan Riko. Sebelum bertemu Alena, Riko tidak akan melewatkan kesempatan ini. Ada Giska yang sexy datang menawarkan diri, rugi kalau ditolak. Tapi saat Riko melirik ke arah Alena, entah kenapa Riko tidak ingin menerima tawaran itu untuk saat ini. Perasaannya jadi kacau saat dia menatap mata Alena.

"Rik, mau ya?" rajuk Giska manja sambil mengedipkan mata genit.

"Oh ... itu, emm ...," kata-kata Riko tak berlanjut, lagi-lagi dia melirik Alena.

Alena merasa dirinya sangat bodoh, berada di sini dan menyaksikan adegan seperti itu tepat di depan matanya. Tapi Alena berharap, Riko menolak tawaran Giska. Entah kenapa Alena bisa berpikiran seperti itu. Alena juga tak mengira dia bisa mendapatkan pemikiran aneh seperti itu. Sambil menghela nafas, Alena berdiri dan segera pergi dari tempat itu. Tanpa bicara apapun, tanpa pamit dengan Riko, meninggalkan Riko yang melongo menyaksikan kepergian gadis itu. Giska yang merasa dicuekin, segera menarik tangan Riko untuk meminta perhatiannya.

"Rik, please ...," pinta Giska menggoda. Riko hanya bisa menghembuskan nafas. Kalau dia tidak menuruti Giska, gadis itu bisa curiga padanya. Apalagi tadi ada Alena bersama dengan Riko.

Riko hanya bisa menganggukkan kepalanya. Giska menjerit senang dan langsung memeluk Riko.
*****

Riko membawa Giska ke sebuah ruangan pratikum yang kebetulan sedang sepi. Riko mengunci pintu ruangan itu. Di lantai, Giska menatapnya dengan penuh hasrat. Perlahan Riko mendekat dan berjongkok di depan Giska. Biasanya Riko yang mengambil inisiatif terlebih dahulu, tapi saat ini sepertinya Giska ingin menguasai permainan. Tanpa basa-basi Giska mencium bibir Riko. Hasratnya benar-benar tidak bisa ditahan lagi. Riko mengikuti permainan Giska.

"Ummm ...," desah Giska di antara ciumannya yang membara. Riko mulai ikut terpancing dengan permainan Giska yang panas. Dengan serentak Riko mendorong Giska hingga luruh tidur di lantai. Riko mengulum bibir Giska dengan ekspresif. Perlahan lidah mereka bertaut dan saling mendesah. Tanpa melepaskan ciumannya, tangan Riko dengan terampil membuka kancing seragam Giska. Dan tampaklah buah dada yang sangat menggoda itu. Dengan cepat Riko meraup penutup buah dada itu dan segera meremasnya sampai Giska mengaduh nikmat.

"Akkh ..., Riko ... lan ... jut ... kan ... ahhh ...," desah Giska dengan nafas terengah-engah. Riko mengerti apa yang diinginkan gadis itu, perlahan bibirnya turun dan mendarat ke tengkuknya, lehernya dan langsung ke bukit kembar itu. Dijilatinya bukit kembar itu dengan perasaan nikmat, Giska kembali mendesah. Perlahan Riko menggigit puting bukit kembar itu secara bergantian.

"Akkhh ..., uhhh ... enaakk ...," desah Giska sambil menggelinjang nikmat.

Saat Riko hendak melepaskan rok gadis itu, tiba-tiba ada wajah Alena yang berkelebat begitu saja dalam pikirannya.

Degh! Ciuman Riko berhenti seketika, dia menegakkan punggungnya dan menatap kosong ke depan. Giska yang sudah semakin memuncak hasratnya jadi heran melihat Riko menghentikan aksinya. Masih dengan rambut dan seragam acak-acakan Giska mencoba duduk dan memandangi wajah Riko dengan perasaan bingung.

"Rik, lo kenapa? Kenapa nggak ngelanjutin permainan kita?" tanya Giska mendesak. Riko menghela nafas, dia menggeleng-gelengkan kepalanya berharap bisa mengusir sosok Alena yang tiba-tiba muncul begitu saja dalam kepalanya.

"Gue ... sepertinya nggak bisa ngelanjutin. Lain kali aja ya, Gis," kata Riko tenang tanpa ekspresi. Giska melongo kaget.

"Apa?!! Kamu kenapa sih, Rik? Akhir-akhir ini kamu berubah banget tau nggak?" protes Giska kecewa bercampur amarah. Riko menoleh dan menatap wajah Giska.

Giska memang cantik, sexy, dan menggoda. Tapi entah kenapa saat ini yang diinginkan Riko bukan Giska. Bukan gadis sexy lainnya juga. Tapi hanya satu yang diinginkan Riko, Alena. Ya, Alena. Gadis itu telah membuat Riko nyaris berhenti bernafas saat menatap matanya, membuat jantungnya berdetak kencang saat mencium aroma tubuhnya dan membuatnya ingin mengecup bibir itu berulang kali saat Riko melirik bibir tipis Alena. Riko tidak mengerti, kenapa ini semua bisa terjadi pada dirinya. Mungkin sekarang dia sudah gila. Lebih tepatnya gila karena seorang gadis yang bernama Alena.

"Sorry, Gis. Gue harus balik ke kelas," kata Riko spontan dan berdiri dari tempatnya duduk.

Riko melangkahkan kaki ke arah pintu, hendak keluar. Tapi langkahnya tertahan saat ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Giska memeluknya dengan erat, dari desah nafasnya, Riko tahu Giska masih ingin bermain. Perlahan Giska memaksa Riko berbalik dan dengan cepat bibir ranumnya mencium bibir Riko. Giska mengulum bibir Riko dengan hasrat yang menggelora. Dadanya panas dan ingin permainan selesei sampai hasratnya terpuaskan. Lidah Giska memaksa membuka bibir Riko. Tapi Riko hanya menanggapinya dengan dingin. Riko diam, tak bergerak, maupun membalas ciuman Giska. Dengan kesal Giska melepas ciumannya dan memandang Riko dengan sengit.

"Elo jahat banget sih, Rik? Gue benci sama lo! Gue benci!" jerit Giska kesal sambil memukul-mukul dada Riko. Riko tidak menepis pukulan itu ataupun menghindar. Dia hanya memandangi Giska dengan tatapan dingin.

"Sorry, Gis. Gue harus masuk kelas, ada ulangan," tandas Riko dan melepaskan cengkeraman tangan Giska di bajunya. Perlahan Riko berbalik dan membuka pintu lalu berlalu begitu saja dari hadapan Riko. Meninggalkan Giska yang terisak pelan di dalam ruangan pratikum.
*****

Saat pulang sekolah tak sengaja Alena bertatapan dengan Riko. Alena langsung menunduk dan berjalan begitu saja melewati Riko tanpa bicara sepetah katapun. Riko yang merasa dihindari oleh Alena, menggertakkan gigi karena kesal dan dengan cekatan tangannya menangkap pergelangan tangan Alena. Alena menoleh dan menatap Riko.

"Gue anter lo pulang," kata Riko pelan. Alena terdiam dan hanya bisa menganggukkan kepalanya.

"Oh ya, hari minggu besok, gue mau ngajak lo jalan?" sambung Riko lagi. Alena mendongak kaget mendengar kata-kata Riko.

"Heh?" cuma itu yang keluar dari mulut Alena.


3 komentar: