Judul Buku : ANTARA MIMPI DAN NYATA
(Kumpulan Cerpen Horror)
Penulis : Ariny NH and Friends
Penerbit : Puput Happy Publishing
Cetakan : Cetakan Pertama, November 2012
Isi : ii + 160 Halaman; 13x19 cm.
ISBN : 978-602-7806-08-5
Harga : Rp 41.580,-
Sinopsis:
“Di mana ini?” tanyaku bingung. Aku memperhatikan sekelilingku, tempat yang tak kukenal. Tempat yang asing. Dan entah kenapa tubuhku seolah tak bisa kuatur seperti biasa. Hatiku sadar, tapi tubuhku seolah terhipnotis sesuatu. Dari arah sebelah kanan muncul seorang gadis berparas ayu. Dia menghampiriku dengan heran. Ditepuknya bahuku pelan.
“Kamu yang memanggil aku ya? Kamu siapa?” tanya gadis itu. Aku menoleh dan menatapnya tajam. Tanganku bergerak secara spontan ke arah leher gadis itu. Dengan cepat tanganku mencekik lehernya tanpa ampun. Gadis itu kaget dan tidak bisa melarikan diri.
“Ukkhhh ….” Suara rintihannya tak kuhiraukan. Aku terus mencekiknya sampai akhirnya dia tak berdaya lagi. Gadis malang itu mati mengenaskan di tanganku. Aku menyeringai senang. Dan hatiku berontak tak tahan. Bukan, ini bukan aku. Bukan aku yang membunuhnya. Aku terus berteriak tapi tak ada yang mendengarkan. Dan .…
Brughh …! Aku terjatuh dari tempat tidur. Dengan bingung kupandangi sekelilingku. Keringat membanjiri tubuhku. Napasku tak beraturan, Ini kamarku, tak ada gadis itu, tak ada mayat yang kubunuh dengan tanganku. Aku menatap kedua tanganku tak percaya.
“Yang tadi itu apa?” aku bergumam pelan, bingung.
Pagi yang cerah, walau tak secerah hatiku. Entah kenapa aku masih memikirkan mimpiku tadi malam. Aku merasa itu seperti bukan mimpi, seperti nyata. Tapi siapa gadis itu? Aku sendiri tak mengenal wajah gadis itu. Aku bergidik ngeri. Semoga saja itu semua hanya mimpi.
“Hai, Myra. Wajah kamu kok pucat?” sapa seorang teman kostku, Riana. Aku menoleh lemas dan menggeleng perlahan.
“Aku tak apa-apa, Na. Mungkin cuma kecapekan.” Aku mencoba bersikap wajar. Riana mengangguk mengerti. Dia meraih remote televisi dan muncullah sebuah berita di salah satu channel. Berita pembunuhan. Aku duduk di sebelah Riana dengan wajah bingung. Aneh sekali, pagi-pagi bukannya disajikan berita yang segar, malah berita pembunuhan yang disajikan. Dalam berita itu muncul seraut wajah yang kukenal. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku tak percaya.
Wajah itu. Bukankah itu gadis yang tadi malam dalam mimpiku? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? kataku dalam hati, bingung.
Ada apa yang sebenarnya terjadi pada diri Myra? Siapa gadis yang ada dalam mimpi Myra? Temukan jawabannya dalam buku ini! Ada 15 cerpen horor terdapat di buku ini. Cerpen horor yang bisa membuat kulit merinding.
Info Buku: http://puputhappy-publishing.blogspot.com/2012/11/antara-mimpi-dan-nyata.html
NB: Buku sudah bisa dipesan via inbox FB Futicha Turisqoh II atau SMS ke 085642560633.
Death Symbol, sebuah antologi horror yang menceritakan tentang cara kematian yang berbeda-beda dan memacu adrenalin. Cocok bagi pecinta horror sejati. Kalau mau beli buku ini, bisa lewat online juga lho... Caranya, bagi yang serius mau beli, inbox ke aku alamat lengkap kalian plus no hape. Ntar dikasih tau no rekening yang harus ditransfer untuk pembayaran. Harga buku ini Rp 28.500,-
Murah kan? Jangan lupa ongkos kirimnya yaaa, hehehe... bagi yang mau beli langsung silahkan ke Gramedia terdekat. Sudah tersedia kok ^^
Bagi para kontributor DS, hayukkk promosi lagi. Biar DS kembali dicetak. Salam karya! :)
TELAH TERBIT!
Judul Buku :kumpulan puisi EMOSI MANUSIA.
Terdiri dari 45 kontributor. terdiri dari 20 penulis senior, sisanya penulis pemula.
Penulis: Ariny NH and group Pecinta puisi
tebal: 110 hal
...
Harga: Rp.26.000,- (lum ongkir) kontributor discon 10%
Kontributor diwajibkan mempromosikan bukunya!
pesen di Penerbit Soega atau sms gue deh 085654910277
Judul: Selayang Mimpi Kategori: Sastra ISBN: - Penulis: Ariny NH and Puisi Lovers Penerbit: Diandracreative Tanggal Terbit: 2012-12-19 Jumlah Halaman: 196 Berat Buku: 200 gr Kertas: HVS; 70 gram Harga: Rp. 35.000,00 Dah masuk discon tapi belum ongkir pesan di inboxku ya? ketik selayang mimpi-nama-alamat.
Telah terbit! Antologi cerpen duet "Antara Aku dan Dia". Yuk, diorder...!
Judul : Antara Aku dan Dia
Pengarang : Muhammad Dede Firman – Nira Kunea, dkk
Ukuran : 14 cm x 20 cm Tebal : vi + 166 hlm Harga : 40.000
CARA PEMESANAN :
Ketik: DUET # NAMA LENGKAP # ALAMAT LENGKAP # JUMLAH # NO TELP
Kirim ke : 082333535560
Jika kontributor, tambahkan kontributor # judul naskah Nanti Anda akan mendapatkan SMS No.Rek dan jumlah yang harus dibayarkan.
SINOPSIS :
Nea
Ya. Aku menyukainya. Lelaki yang bernama Andy itu. Bukan karena dia tampan, ataupun kaya, tetapi lebih kepada chemistry yang aku rasakan ketika aku berada di dekatnya. Seharusnya, dia tahu kalau aku menyukainya. Lewat pertanda yang kuberikan padanya. Caraku menatapnya. Caraku berbicara padanya. Memang, aku sering bersikap lain kepada orang yang aku suka. Bukan jaim, tapi sepertinya memang lebih kepada salting. Jantungku bisa tiba-tiba berdebar keras sekali saat berada di sampingnya. Ada rasa yang bergelenyar hangat di dalam hati. Rasa yang membuatku nyaman. Namun, ada satu hal yang belakangan baru aku sadari. Dia ternyata masih memanggilku kakak. *** Andy
Kakak.
Entah mengapa, ada yang sedikit janggal dengan kata itu. Mungkin, aku menganggapnya begitu karena aku terlalu ingin menambahkan embel-embel ‘sayang’ di belakangnya.
Kakakku sayang.
Ah, seandainya itu bisa jadi nyata. Aku tidak tahu apakah dia juga suka padaku atau tidak. Memang, sebagai seorang laki-laki, aku terlalu pengecut untuk menyatakan cinta terlebih dahulu. Aku takut kalau dia tidak menerimaku.
Sebagai seorang laki-laki, aku tergolong orang yang sulit untuk memberi pertanda kalau aku suka padanya. Selama ini, aku hanya bisa tersenyum saat bertemu dengannya. Merasakan nikmatnya debaran di jantungku saat aku bersamanya. Mengiriminya pesan. Memberinya perhatian …. Tapi, apakah itu sudah cukup untuk memberinya pertanda, kalau aku suka dengannya?
Bagaimana kalau sebuah cerpen ditulis oleh dua orang? Sulit gak sih? Bagaimana hasilnya? Baca buku ini dan lihat karya-karya mereka. ^^,
Misteri mengundang penasaran yang tak
terjawab Ah, misteri itu ajaib Misteri itu aneh Bahkan hati
juga penuh misteri Mulut tak mampu menerjemahkan dalam kata Kau
juga penuh misteri Membuatku penasaran Membuatku jatuh dalam
lumpur cinta Betapa nista, tapi ini bukan dusta Kau
membuatku ingin tahu Lebih ingin tahu lagi tentang dirimu Tapi
rasa ini kini kau hempaskan begitu saja Hancur semua Retak
berkeping-keping Yang tinggal hanya untaian embun yang mengalir
tertahan pada kelopak ini Misteri Sulit untuk dipecahkan
Profesor bahkan tak mampu pecahkan Apalagi diri yang lugu ini
Misteri hati, misteri jiwa, dan misteri cinta Sulit dicerna dan
dipahami
Ah, malam menggila Rasa ini semakin mencekikku dan membelitku
Aku tak kuasa menghempaskannya
Apa aku boleh berharap Apa aku berhak
untuk itu Ah, sungguh menyebalkan Aku cuma bisa merasakannya
dalam diam Aku cuma bisa merindu dalam hati Aku terpuruk
Lagi dan lagi Ingin aku memeluk malam Ingin aku berdansa dalam
alunan melodi hati Entahlah, hanya waktu yang bisa menjawab
kegelisahan ini
Dan semua menghilang
Lenyap bagai debu tertiup
angin
Hati resah tak menentu
Ah, rasa ini seakan mencekikku
Rasa ini membuatku gila
Rasa ini semakin tumbuh dan berkembang
Tuhan, apa ini
Aku bagai pungguk merindukan bulan Aku
bagai bayangan yang sembunyi dibalik kelamnya malam Rindu yang
merongrong hati Membuatku hilang kendali Ingin aku musnahkan,
tapi tak bisa Aku hanya bisa mengikuti jalan takdir Kemana
aliran takdir ini membawaku Biarkan ini mengalir seperti air yang
mengalir
Reisya menatap keluar jendela. Matanya seolah terpaku pada sosok seorang laki-laki yang lewat depan rumahnya. Entah kenapa dia mulai merasakan deja-vu. Sepertinya dia mengenal laki-laki itu, tapi dimana. Sialnya dia tak ingat sama sekali, hatinya terus berucap kalau wajah itu tak asing lagi. Laki-laki misterius yang hanya bisa ditatapnya dari jendela kamarnya.
Angin sepoi-sepoi mempermainkan anak rambutnya. Berkali-kali rambutnya menampar-nampar pipinya, tapi tak dipedulikannya. Pandangannya hanya tertuju pada satu titik. Laki-laki itu. Samar-samar ingatannya tentang laki-laki itu mulai kembali. Dia ingat wajah itu, wajah yang selalu tersimpan dalam hatinya sampai saat ini. Dia merutuk dirinya sendiri, kenapa bisa melupakan wajah orang yang dicintainya. Ini semua karena kanker otak yang dideritanya. Semua ingatannya selalu kabur dan tak menentu.
“Kenapa tidak kau sapa dia? Keluarlah.Dan ajaklah mengobrol,” ucap sosok di sampingnya. Rheisya tersentak kaget, ternyata Amora, peri kecil yang selalu menemaninya.
Reisya menghela nafas. Andaikan dia memiliki keberanian untuk menyapanya. Sekedar untuk mengenalnya lebih dekat, tentu dia tak akan terbebani seperti ini. Amora ikut merasakan kesedihan gadis di sampingnya itu. Ingin sekali dia membantu Reisya, tapi apa daya tanpa kekuatannya. Ratu peri telah menghukumnya, sehingga dia tak bisa lagi memakai kekuatannya lagi. Amora tak berdaya, di saat seperti ini dia merasa tak berguna. Dia sangat menyesal karena tak bisa membantu apapun.
Amora sangat menyayangi Reisya, seorang gadis yang lembut dan baik. Tapi sayangnya umur yang tinggal sedikit membuat gadis itu jadi murung dan selalu menyepi. Leukimia dan kanker otak, dua penyakit yang telah merampas senyum manis dari bibir Reisya. Dan karena penyakit ini, Reisya yang ceria mulai menjadi murung. Andai dia masih memiliki kekuatan itu, dia pasti bisa menolong gadis yang dilindunginya ini. Sebagai peri pelindung, dia merasa gagal melaksanakan tugas yang merupakan kewajibannya.
“Amora,” panggil Reisya pelan. Amora menoleh dan dilihatnya wajah sedih Reisya, “Aku meminta satu hal. Apa kau bisa mengabulkan permintaanku?” lanjut Reisya sendu. Amora mengangguk perlahan.
“Apa yang kau minta?” tanya Amora. Dia mengepak-ngepakkan sayapnya mendekat. Reisya tersenyum, dan dengan tangannya yang lemah, dia menunjuk ke arah laki-laki misterius yang selalu dipandangnya.
“Apa kau bisa menyampaikan salamku ke dia? Dan tanyakan ke dia, apa dia mengenal seorang gadis yang bernama Reisya Pradipta? Apa dia masih mengingat tentang diriku?” Amora menatap tak mengerti maksud kata-kata Reisya.
“Kenapa tak kau sapa sendiri?” tanya Amora. Reisya tersenyum lemah. Dia menggelengkan kepalanya.
“Tidak akan sempat, Amora. Aku merasa ajalku sudah cukup dekat. Aku ingin mengukir namanya dalam hatiku. Cintaku padanya tak akan hilang sampai kapanpun, Amora. Apa kau ingin mendengar ceritaku tentangnya?”
"Kapanpun akan selalu aku dengarkan,” kata Amora sambil tersenyum.
Reisya termenung, mencoba mengumpulkan kenangan satu-persatu. Matanya menjadi teduh tatkala mengingat masa-masa itu. Dia menoleh dan tersenyum pada Amora.
“Kau tak akan menduga, Amora. Laki-laki itu adalah cinta pertamaku. Arfian namanya. Sangat sempurna bukan? Dia sosok yang paling dikagumi di sekolah. Aku yang gadis biasa-biasa saja tak berani bermimpi menjadi kekasihnya. Sedikitpun tak pernah terfikir olehku. Sampai suatu hari Arfian menyatakan perasaannya kepadaku. Bisa kau bayangkan Amora. Aku yang gadis biasa diminta jadi kekasihnya. Ah, saat itu adalah saat yang paling indah bagiku. Kebahagiaan datang setiap hari. Arfian sangat menyayangiku. Tapi, aku tak pernah membayangkan dia meninggalkan aku begitu saja. Dia tak pernah memberitahu alasannya meninggalkanku. Dia pergi begitu saja tanpa penjelasan apapun. Sangat pahit rasanya. Hatiku terasa hancur. Aku hanya bisa menangis meratapi nasib. Mungkin ini sudah nasibku. Kebahagiaan selalu menjauh dan tak pernah mengendap selamanya dalam kehidupanku. Apa kau mengerti perasaanku, Amora?” Amora mencium pipi Reisya. Berharap bisa menghapus luka dalam hatinya. Reysa berusaha tersenyum, walau seperti dipaksakan.
“Terima kasih, Amora. Tolong sampaikan padanya, kalau seorang gadis bernama Reisya Pradipta akan selalu mencintainya sampai kapanpun. Tak terbatas ruang dan waktu. Berjanjilah padaku, Amora,” pinta Reisya.
Tak ada yang bisa dilakukan Amora selain mengabulkan permintaan terakhir Reisya. Hanya inilah yang bisa dia lakukan. Reisya tersenyum senang. Rasanya semua beban dalam hatinya telah menghilang. Andaikan sang maut menjemputnya sekarang, dia rela. Dia tidak akan menyesal.
********
Matahari menampakkan dirinya malu-malu. Hari yang cerah untuk memulai kegiatan. Amora menguap, dia merasa kantuk masih menyerangnya. Angin menerpa tubuh mungilnya, dia menggigil kedinginan. Amora sibuk berfikir, apakah musim sudah berganti musim dingin? Entahlah, itu tak ada urusannya dengan makhluk peri seperti dirinya. Tugasnya hanya satu, menjaga dan melindungi Reisya. Amora mengepak-ngepakkan sayap mungilnya dan terbang ke tempat tidur Reisya.
“Reisya, sudah saatnya kau buka matamu. Lihatlah hari yang cerah ini, sangat menggoda mata kita untuk memandangnya,” kata Amora sembari menyibak selimut Reisya.
Biasanya, Reisya paling benci ada orang yang menyingkap selimutnya sembarangan. Itu akan merusak mood ceria Reisya di pagi hari. Tapi kali ini Amora merasa heran. Reisya sama sekali tidak bergerak sekedar untuk menutupkan selimut ke tubuhnya. Bahkan suara gerutuannya tak terdengar sama sekali. Apa yang sebenarnya terjadi? Perlahan Amora mendekati hidung Reisya. Tak ada nafas yang keluar dari hidungnya sedikitpun. Amora tersentak dan mundur ke belakang. Dia memandang tubuh Reisya yang tak bernyawa lagi. Butir-butir air mata tak bisa dibendung lagi untuk keluar dari mata peri kecil itu.
“Selamat tinggal, Reisya. Bagiku, kau adalah gadis yang sangat kuat dan tangguh. Aku akan selalu mengenangmu dalam ingatan. Pesan terakhirmu pasti akan aku sampaikan.” Amora mengucapkan kata-kata perpisahan dengan perasaan sedih. Di tangannya yang kecil terlipat sebuah surat untuk Arfian.
******
Hari pemakaman seorang gadis bernama Reisya Pradipta penuh dengan isakan tangis di mana-mana. Pemakaman di tengah-tengah guyuran hujan membuat suasana semakin duka. Nisan di atas tanah yang masih merah itu seolah-olah ingin menguatkan hati untuk selalu tersenyum. Ya, Reisya paling benci ada tangis dalam pemakamannya. Dia ingin semua merelakannya dengan ikhlas. Apalah artinya hidup kalau tak ada kematian. Apalah artinya memiliki kalau tak ada kehilangan. Reisya ingin semua orang mengenang dirinya dalam ingatan. Cukup dalam ingatan, dan tanpa airmata.
Dalam pemakaman itu hadir seorang laki-laki yang selalu dipandangi Reisya diam-diam. Ya, laki-laki itu Arfian. Amora terbang merendah di dekat telinga sahabat Reisya, Imai.
“Imai, aku bisa minta tolong?” tanya Amora pelan. Imai menoleh dan mengangguk.
“Apa kau bisa berikan surat ini untuk seorang laki-laki yang ada di sana?” Amora menunjuk sosok laki-laki di barisan belakang. Imai mengernyit dan dia menemukan laki-laki yang dimaksud Amora.
“Iya, aku bisa,” kata Imai. Amora bernafas lega. Diberikannya sepucuk surat berwarna biru laut itu ke tangan Imai.
Imai menerimanya, dia segera menyelinap di antara barisan orang-orang yang melayat. Akhirnya dengan susah payah Imai sampai di hadapan Arfian. Tanpa berkata apapun Imai mengulurkan surat itu. Arfian mengernyit bingung. Ditatapnya surat itu dan Imai bergantian.
“Bacalah! Kau akan mengerti sendiri.” Imai berkata dengan tenang. Arfian mengangguk.
Imai meninggalkan Arfian sendirian. Dengan tergesa-gesa Arfian merobek amplop surat itu, dan segera dibacanya barisan kata-kata yang teruntai dalam surat itu.
“Dear, Arfian. Mungkin saat kau baca surat ini, aku sudah tak ada di dunia ini. Aku hanya ingin menyampaikan satu ucapan yang telah kubawa sampai mati. Aku cinta kamu, Arfian. Apa kau masih ingat aku? Seorang gadis bernama Reisya Pradipta, seorang yang biasa saja yang pernah jadi kekasihmu. Perlu kau tahu, sampai saat ini aku masih mencintaimu. Tapi maut kini memisahkan kita. Selama ini aku selalu memandangimu dari jendela kamarku. Walau tak bisa menyapamu, aku sudah cukup senang dengan melihat wajahmu setiap hari. Aku hanya minta satu hal, tolong jangan lupakan aku. Ingatlah tentang diriku dalam kenanganmu. Akan sangat menyakitkan bagiku, kalau kau melupakan diriku. Sekali lagi, aku cinta kamu, Arfian.'"
Salam cinta dariku,
Reisya Pradipta
Arfian menangis setelah membaca surat itu. Kesedihannya tak bisa dibendung lagi. Sungguh, dia sangat kehilangan sosok Reisya yang ceria. Dia menutup wajahnya dan menangis dalam diam.
Ingatannya kembali ke masa lalu. Saat itu adalah saat terindah bagi dirinya juga bagi Reisya. Di mata Arfian, Reisya adalah sosok gadis yang sederhana, lembut dan tampil apa adanya. Arfian sangat mencintainya. Baru kali ini dia mencintai seorang gadis sampai sedalam ini. Tapi, nasib memang tidak bisa diduga. Orang tuanya meminta dirinya memutuskan jalinan kasihnya dengan Reisya. Dia dijodohkan dengan teman relasi bisnis papanya. Ingin Arfian menolak perjodohan itu, tapi mengingat penyakit jantung yang diderita papanya membuat nyali Arfian menciut. Dia tak akan memaafkan dirinya sendiri kalau terjadi sesuatu pada papanya karena penolakannya pada rencana perjodohan itu. Akhirnya dia memutuskan hubungannya dengan Reisya begitu saja tanpa penjelasan apapun. Arfian tak ingin melukai perasaan Reisya, dan satu hal lagi yang membuat dia tak sanggup memberitahu alasan dirinya mengakhiri jalinan kasih di antara mereka, Arfian masih mencintai Reisya. Dan perasaan itu tak akan hilang sampai kapanpun. Walau dia tak bisa memiliki Reisya sekalipun. Bukankah cinta tak harus memiliki?
Dari kejauhan Amora memandanginya dengan tersenyum. Kemudian pandangan Amora beralih ke nisan Reisya.
“Cintamu yang sangat besar telah sampai di hati Arfian, Reisya. Semoga kau merasa tenang di sana. Dan teruslah tersenyum seperti Reisya yang selama ini kukenal. Selamat jalan, Reisya,” bisik Amora pelan.
Perlahan Amora mengepak-ngepakkan sayapnya yang mungil terbang ke udara. Dia harus kembali ke dunia peri, karena tugasnya sebagai peri pelindung Reisya telah selesai. Dia akan menunggu tugas menjadi peri pelindung untuk orang lain. Tapi bagi Amora, menjadi peri pelindung Reisya adalah hal yang sangat berkesan di hatinya. Sampai kapanpun kenangan akan seorang gadis bernama Reisya Pradipta tak akan hilang dari hatinya. Amora menatap makam Reisya yang semakin jauh dari pandangan matanya. Dia terbang ke atas, dengan berlinang airmata.
Aku terpana sejenak saat menatap matanya yang kecoklatan. Ah, pandangan yang teduh dan membuat hatiku berdesir aneh. Jantung mulai berdetak kencang, wajahku seketika memerah karena malu. Ada apa ini? Kenapa aku jadi aneh seperti ini? Tuhan ... beri aku jawaban akan kegelisahan ini.
"Misya, kamu ngapain dari tadi di situ?" tegur seseorang di belakangku. Aku tersentak kaget dan menoleh. Ternyata Kikio, sahabatku yang paling akrab. Aku tersenyum malu.
"Nggak ada apa-apa kok, Ki. Hmm, kamu tau nggak cowok yang di sana itu siapa?" tanyaku sambil menunjuk seseorang. Kikio mengikuti arah tanganku yang menunjuk sosok di kejauhan.
"Yang mana?" balik tanya Kikio bingung. Kikio menangkupkan telapak tanggannya di atas matanya agar pandangannya tak terhalang cahaya matahari.
"Yang di sana itu lho, Ki ..." jelasku lagi. Kikio mempertajam pandangan matanya.
"Oh ... yang itu tho. Hmm, kalau nggak salah itu cowok pindahan deh. Baru kali ini aku lihat dia. Eh, dia main basketnya jago banget ya? Keren ..." puji Kikio terkesima. Aku mengangguk membenarkan. Sambil sesekali mataku melirik ke arah laki-laki itu.
"Siapa kau sebenarnya, hay pencuri hati ...?" tanyaku dalam hati.
Laki-laki itu kembali beraksi dengan dribble bolanya. Sesekali dia memasukkan three point, bahkan dia juga melakukan slam dunk. Aku spontan bertepuk tangan saat dia kembali memasukkan bola ke dalam ring dengan begitu anggun. Kikio menyenggol bahuku pelan.
"Cowok itu memperhatikan kamu tuh ..." kata Kikio. Aku melongo mendengar ucapan Kikio, dan mataku mulai menangkap sosoknya yang mendekat. Mendadak aku menjadi gugup.
"Makasih tepukan tangannya. Oh ya, aku Rifky, kalian siapa?" kata laki-laki itu sambil tersenyum lembut.
"Hay, Rif. Aku Kikio, kalau yang ini sahabatku, Misya. Kamu siswa baru ya?" tanya Kikio. Rifky mengangguk dan lagi-lagi tersenyum. Ah, tolong jangan tersenyum seperti itu. Apa kau tahu kalau senyumanmu itu telah membuatku terpana?
"Ya udah, aku ke sana dulu ya. Senang kenalan dengan kalian. Bye ..." pamit Rifky. Aku mengangguk kaku, sedangkan Kikio melambaikan tangan dengan heboh.
*****
"Aku sepertinya jatuh cinta deh sama Rifky," kata Kikio tiba-tiba keesokan harinya. Aku mengernyitkan alis. Sedikit tersentak dengan kata-kata Kikio.
"Gitu ya ...?" responku sedikit menggantung.
"Kamu sendiri gimana, Mis?" tanya Kikio menoleh menatapku. Aku tergagap saat Kikio menanyakan hal itu.
"Aku ... aku ..." aku bingung harus menjawab apa.
"Kalau kamu juga suka dia, gimana kalau kita saingan secara sehat?" tantang Kikio bersemangat. Aku mendegut ludah pelan.
"Aku ..." kata-kataku terputus tanpa bisa aku lanjutkan.
"Oke, deal kalau begitu!" putus Kikio akhirnya.
"Jangan ada yang menikung atau curang ya. Kita bersaing secara sehat. Hmm, seru nih kayaknya," kata Kikio senang.
Aku hanya bisa menunduk dalam diam. Mulutku membisu, tak sanggup berkata apapun. Bersaing? Dengan Kikio? Jelas aku yang akan kalah. Aku tahu dengan sangat jelas pesona Kikio.
******
Tiga minggu sudah persaingan kami dimulai. Dan selama itu hanya Kikio yang sangat aktif mendekati Rifky, sedangkan aku hanya bisa menatap di kejauhan.
"Hahahaha ... Mis, kamu pasti kaget dengar kabar ini. Rifky nolak aku. Dan kamu tau siapa yang dia sukai?" tanya Kikio sambil terisak pelan.
"Aku nggak ngerti maksud kamu, Ki. Kenapa kamu mesti laporan ke aku?" tanyaku tak mengerti. Kikio memandangku tajam.
"Karena yang dicintai Rifky adalah kamu, Mis ...!" teriak Kikio marah. Aku tercekat.
"Aku?" tanyaku sambil menunjuk diriku sendiri.
"Iya, kamu, Mis! Kenapa selalu kamu sih, Mis? Dulu juga begitu. Kenapa hanya kamu yang dilihat semua cowok? Lalu aku ini apa? Kenapa kamu nggak menghilang saja dari dunia ini, Mis? Kenapa?" teriak Kikio histeris. Aku terdiam mendengar sumpah serapah Kikio.
Selesai menumpahkan amarahnya Kikio pergi meninggalkanku dengan keadaan emosi. Aku tercengang dan masih belum bisa berkata apapun.
******
Sekarang aku berdiri di sini. Di hutan terlarang belakang sekolah. Pikiranku kacau, dan hanya tempat ini yang bisa membuatku tenang. Perlahan aku melangkahkan kaki menuju ke dalam hutan. Kegelapan seketika menyergapku, aku mengerjap-ngerjapkan mataku, berusaha menyesuaikan diri dengan kegelapan. Dan hal itu akhirnya berhasil.
"Kau datang ke sini, Mis?" sapa seseorang di kegelapan. Aku tak perlu melihat dengan jelas siapa itu yang menyapaku. Dengan mendengar suaranya, aku tahu siapa dia.
"Aku kesepian ..." kataku pelan nyaris tak terdengar.
"Apa kamu mau bersamaku di sini, Mis? Kau sudah siap?" tanya suara itu lagi. Aku mengangguk perlahan.
"Aku akan bersamamu di sini, Key. Sekarang lakukanlah!" perintahku tanpa ragu.
"Kau serius, Mis?" tanya Key tak percaya. Aku menganggukkan kepalaku kuat-kuat.
"Aku serius. Aku lebih baik menjadi vampire dalam hutan ini, daripada menelan begitu banyak penderitaan di luar. Aku nggak kuat lagi, Key. Aku capek ..." kataku sambil terisak.
"Baiklah. Kalau itu maumu. Kebetulan nanti malam adalah bulan purnama, sangat cocok untuk upacara ini," kata Key menyeringai.
*****
Malam bulan purnama, saat yang aku tunggu akhirnya tiba. Aku terbaring di atas meja batu persembahan. Key sudah siap dengan persiapan upacara ini. Dan tentu saja Key sudah menyiapkan darahnya dalam secangkir gelas. Darah vampire adalah racun bagi tubuh manusia. Tapi kalau darah itu diminum saat upaca diadakan, otomatis darah itu akan merubah tubuh manusia menjadi vampire. Key menolak saat aku memintanya untuk menggigitku saja. Key bukan vampire sekejam itu. Di hutan ini Key sendirian, dia kesepian. Saat bertemu denganku empat bulan yang lalu, Key sudah tertarik padaku. Tapi saat itu aku masih belum ada keinginan untuk bermutasi menjadi vampire. Dan saat ini keinginan itu muncul.
Key mengatur beberapa jenis bunga di sekeliling tempatku berbaring, dan saat bulan purnama menerpa wajahku, Key membacakan beberapa mantra. Mata Key terpejam rapat dan sangat serius. Angin tiba-tiba datang menerjang. Suara hewan di hutan mulai menghilang. Sekarang suasana sangat hening dan terasa aneh. Tiba-tiba Key membuka mata dan mengambil secangkir darahnya. Disodorkannya darah itu ke arahku. Aku menerimanya sambil mendegut ludah.
"Minumlah dalam sekali teguk!" perintah Key. Aku mengangguk. Aku mendekatkan cangkir itu ke mulutku dan meneguk isinya dalam sekali teguk.
Prangg ...!
Cangkir itu terjatuh dari tanganku. Mataku melotot. Aku memegang leherku yang terasa panas dan mencekik. Sangat panas hingga ingin mati rasanya.
"Arrghh ...!" jeritku kuat-kuat. Key kembali duduk bersila dan membacakan beberapa mantra aneh.
Dalam sekejap mataku mulai terasa berat dan aku mulai tertidur.
******
Saat aku membuka mataku, Key tersenyum menyeringai di sebelahku. Aku mencoba duduk dan aku merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan diriku. Key mengangsurkan sebuah cermin ke arahku.
"Lihatlah dirimu sekarang!" perintahnya. Aku mengambil cermin itu dan menatap bayanganku dalam cermin. Untuk seketika aku terpana melihat sosok dalam cermin. Seorang wanita yang sangat cantik dengan mata kuning keemasan.Kulit pucat dan bercahaya terkena cahaya matahari. Bibir yang merah dan seakan haus darah. Inikah aku?
"Selamat datang Misya. Vampire kekasihku ..." ucap Key tersenyum sambil mengulurkan tangannya. Aku meraih tangan Key dengan senyum.
"Selamat datang Misya yang baru," jawabku yang tentu saja aku tujukan buat diriku sendiri.
"Kau pasti haus, Mis. Mari kita berburu untuk mengobati rasa hausmu. Hitung-hitung ini perburuan pertamamu," ajak Key. Aku mengangguk setuju.
"Ayo ..." kataku.
Aku dan Key segera melesat dengan kecepatan super untuk mencari buruan pertama kami. Sebagai santapan untuk makan pagi kami. Aku sekarang bukan Misya yang lemah dan dicintai beberapa laki-laki dari kalangan manusia. Aku sekarang Misya, si vampire wanita, pasangan Key. Dan tentu saja ditakuti oleh kalangan manusia.
"Mangsa!!" teriak kami bersamaan saat melihat seekor rusa. Dengan cepat aku menerkam rusa itu dan segera mengoyaknya dengan taringku. Darah yang segar segera kuminum dengan tak sabar.
Kehidupan baru sebagai vampire baru saja aku mulai.
Aku memandangi sosoknya di kejauhan. Tak sengaja bibirku tersenyum melihatnya. Riko, nama cowok itu. Dia ketua kelas di kelasku, kelas 2 E. Mungkin semua bilang aku aneh, kalau cinta kenapa tak diungkapkan? Mau sampai kapan terus memendam perasaan itu? Aku cuma tersenyum menanggapinya.
“Apa sih istimewanya sosok Riko, De?” tanya Sisca, sahabat baikku. Aku memandangnya dan tersenyum.
“Entahlah… aku juga nggak tau. Menurutku dia itu unik, lucu, baik lagi,” kataku sambil memandang sosok Riko di kejauhan. Sisca berdehem menggodaku.
“Cieee … yang lagi jatuh cinta. Tapi emang si Riko itu lumayan keren, sayangnya dia bukan tipeku, hahaha …” Sisca tertawa. Aku cuma tersenyum.
“Untunglah Sisca tipenya beda sama aku, kalau sampai sama, aku pasti kalah deh … hufftt,” gumamku dalam hati.
Riko, dia cowok yang sempurna banget, cakep, tinggi, pintar di segala bidang pelajaran, humoris, ramah lagi. Siapa sih cewek yang nggak menyukainya? Bisa dibilang, dia cinta pertamaku. Aku sendiri heran kenapa aku bisa jatuh cinta sama dia. Padahal dulu aku benci banget sama Riko.
Tapi semakin lama aku sering memperhatikannya. Gerak-geriknya, suaranya, bahkan gayanya, aku sudah hafal di luar kepala. Satu hal yang paling aku kagumi dari dia adalah nggak sombong, padahal dia dari keluarga kaya.
*****
“Gila … Rik, kenapa sih kamu nggak bawa motor atau mobil gitu? Lumayan, kita bisa numpang.” Terry mengedip genit ke arah Riko.
Riko hanya tersenyum. Dia meletakkan bukunya di atas meja dan memandang Terry dan Nisa.
“Tapi itu bukan punyaku. Mobil atau motor itu punya orang tuaku.” Riko menjawab kalem.
“Kamu itu terlalu sederhana, Rik, padahal kamu anak orang kaya gitu.” Nisa menggelengkan kepalanya tak mengerti.
“Apa gunanya aku pamer kalau itu bukan milikku sendiri? Hey, kita ini masih SMP lho, nggak usah gaya-gaya gitu.” Riko tersenyum.
Terry dan Nisa langsung terdiam. Mereka nggak bisa membantah perkataan Riko lagi. Aku yang duduk di kursi pojok depan, tersenyum senang mrndengar komentar Riko. Wajahku jadi merona merah saat aku menatap Riko diam-diam.
“Karena itulah aku jatuh cinta sama kamu, Riko, di mataku, kamu itu cowok idaman aku banget. Ah … sayangnya aku nggak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaanku ke kamu. I love you, Rik.”
Aku tertunduk sedih, dan perlahan airmataku mengalir begitu saja di pipiku. Aku menghapusnya dan kembali focus dengan buku yang aku baca.
*****
Siang yang terik, membuatku malas untuk jalan kaki ke rumah. Rumahku cukup jauh dari sekolah. Benar-benar menyebalkan. Aku nggak punya kendaraan semacam sepeda mini untuk aku kendarai. Berkali-kali peluh keringat aku hapus dari keningku. Debu jalanan sering membuatku terbatuk. Buru-buru aku mencari jalan yang tak terkena debu. Maklum, aku punya penyakit asma. Kalau sudah kambuh, sering membuatku kesakitan sampai mau mati rasanya.
“Dea, kamu nggak dijemput?” sapa seseorang di belakangku. Aku menoleh, dan tersentak kaget melihat siapa yang menyapaku. Riko! Aku jadi gugup.
“Ah, iya … mereka ada urusan mendadak, jadi aku pulang sendiri hari ini,” kataku gugup. Riko mengangguk-angguk mengerti. Dia tersenyum, manis sekali. Aku sampai bengong karena terlalu terpesona. Sumpah! Cowok ini keren banget.
“Kebetulan arah rumah kita searah, kan? Gimana kalau kamu bareng aku aja?” tawarnya ringan.
Degg! Jantungku langsung berhenti berdetak. Apa ini nggak Salah? Riko mengajakku pulang bareng? Tuhan … aku bisa pingsan nih ... “Gimana, De?” tanya Riko sekali lagi. Aku mengangguk pelan sekali, seolah ragu.
Riko tersenyum, dia menyuruhku naik sepeda mini-nya. Aku naik di boncengan belakang dengan jantung yang terus berdetak kencang.
*****
“Kamu … nggak mau masuk dulu?” tanyaku ragu. Riko menggeleng, dia tersenyum.
“Nggak usah, makasih, aku lagi buru-buru nih …”
“Hmm, terima kasih ya udah dianterin,” kataku dengan wajah malu. Riko mengangguk.
“Sama-sama, aku pulang dulu ya …” pamitnya. Dia mengendarai sepeda mini dengan gerakan buru-buru. Aku tersenyum memandang punggungnya yang semakin menjauh.
“Tuhan, apa ini hari keberuntunganku? Terima kasih, Tuhan …” aku tersenyum dan menuju kamarku.
Aku duduk di meja rias sambil memandangi sosok diriku di dalam cermin. Senyum tak pernah lepas dari bibir mungilku. Aku mengambil sebuah buku, lebih tepatnya Buku Diary. Kubuka halaman yang kosong, dengan cepat aku meraih bolpoint dan segera kutuliskan sebuah kata-kata.
Dear my lovely,
Cinta tak akan berpaling dari kelopak mataku
Embun suci yang kau torehkan dalam hati yang remaja membuatku terpaut
Wahai siang, aku ungkapkan rasa ini padamu
Debu dan keringat berpeluh yang menjadi kisahku
Apa ini?
Hatiku terasa sakit oleh debaran manisnya
Duhai cinta, kau membuatku tersihir dan menjadi gila
Ingin kuraih hatimu, tapi aku tak mampu
Hati… hanya kau-lah yang tahu tentang ini
Aku tersenyum membaca barisan puisi yang kutulis. Dalam bayanganku kembali terlintas kembali kejadian tadi. Tuhan, senang sekali hatiku.
*****
Hari ini aku berangkat sekolah lebih awal. Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Riko. Tapi sesampainya di sekolah, aku melihat semua teman-teman sekolahku banjir airmata. Ada apa ini? Aku bingung dan menghampiri kerumunan itu.
Terry dan Nisa terisak di depan kelas. Aku menghampirinya dan kutepuk pelan bahu Terry. Mereka menoleh ke arahku dengan masih terisak.
“Ada apa ini?” tanyaku. Mereka kembali menangis keras. Aku termenung, bingung dengan ini semua.
Sisca menghampiriku dengan mata sembab. Dia menepuk bahuku, dan memelukku dengan erat. Aku memeluk Sisca dengan bingung.
“Sis, ada apa sih ini?” tanyaku.
“Kamu pasti nggak percaya dengar kabar ini, De …” Sisca terisak sebentar.
“Ada apa, Sis?” tanyaku penasaran.
Sisca melepaskan pelukannya dan memandangku dengan tatapan sendu.
“Riko, De … Riko ...!” teriaknya histeris. Aku bertambah bingung dan gelisah. Ada apa dengan Riko? Apa yang terjadi padanya? Aku menatap tajam mata Sisca.
“Ada apa dengan Riko, Sis … jawab!” teriakku kalut sambil mengguncang-guncangkan bahu Sisca tak sabar.
“Riko … dia … dia mengalami kecelakaan kemarin siang, De, langsung meninggal di tempat.” Sisca kembali terisak.
Aku tercekat tak percaya, badanku mundur ke belakang karena syok. Perlahan airmataku turun membasahi pipiku. Airmata duka untuk seorang cowok yang menetap di hatiku, menghiasi mimpi-mimpiku dan selalu menjadi pujaanku dalam diam.
“Tuhan … Riko!” aku berteriak histeris dan jatuh pingsan.
*****
Saat aku membuka mataku, kulihat Sisca yang masih terlihat murung. Aku mencoba bangun walau kepalaku terasa pening yang amat sangat.
“De, kamu udah sadar?” tanya Sisca. Aku mengangguk lemah, mataku masih sembab. Wajahku tertunduk.
“Padahal kemarin aku masih bersamanya, Sis … aku masih melihat senyumnya. Aku masih mendengar suaranya, aku masih …” aku tak kuasa menahan airmata yang mulai menyembul keluar. Sisca memelukku dan membelai rambutku.
“Kita semua juga nggak nyangka seperti ini, De, kematian itu di tangan Tuhan. Kita nggak akan tau kapan maut menjemput kita, sabar ya …”
******
Siang itu dilakukan pemakaman untuk Riko. Aku berdiri di samping tanah merah itu. Mataku terasa panas dan kepalaku terasa pening. Aku menyesal sampai akhir-pun aku belum sanggup menyatakan perasaanku ke Riko. Sekarang cintaku akan kemana? Apa harus kukubur juga?
Satu-persatu mereka meninggalkan makam ini. Tapi aku masih tetap di sini. Memandangi nisan Riko dengan perasaan sedih. Aku berlutut dan menyentuh nisan Riko.
“Rik, andai kamu tau perasaanku ke kamu, apa sekarang kamu masih ada di dunia ini? Riko, aku sayang kamu. Aku cinta banget sama kamu …” aku menangis terisak. Aku nggak rela melepaskan Riko yang sudah meninggal.
Aku merasakan sebuah tepukan lembut di bahuku. Aku menoleh dengan mata sembab. Ternyata Mama Riko. Beliau tersenyum memandangku. Aku berdiri dan menatap Mama Riko dengan bingung.
“Ada titipan dari Riko buat kamu, Dea,” kata Mama Riko. Dia mengulurkan sebuah surat dan setangkai mawar merah.
“Apa ini, Tante?” tanyaku bingung.
“Bacalah surat itu, kamu akan mengerti. Tante pergi dulu ya …” Mama Riko meninggalkanku sendiri.
Karena penasaran aku buka surat itu dan segera kubaca.
Dear Dea,
Apa kau tau arti mata indahmu itu? Apa kau tau matamu itu-lah yang membuatku jatuh cint? Mungkin kamu nggak percaya, tapi inilah yang kurasakan. Setiap hari dengan memandangmu, itu memberi semangat tersendiri bagiku. Kalau aku tak melihatmu sehari aja, mungkin hari itu kulewati dengan tubuh yang lemas tanpa energi. Kamu adalah matahari bagiku. Dea, i love you …
Aku tercekat tak percaya. Kupandangi nisan Riko dengan tatapan nanar. Tangisku mulai pecah saat itu. Aku mencium sekuntum mawar merah pemberian Riko. Mawar merah terakhir yang penuh cinta.
CININTA FICCA
Fika, aku biasanya memanggilnya seperti itu. Dulu waktu SMP, kami nggak begitu akrab, tapi pas udah lulus SMA, terus ketemu lagi, dia jadi sahabat baikku. Apalagi rumahnya deket rumahku. Anaknya asyik, enak dijadikan temen curhat, apalagi dia juga cantik, baik lagi. Bener-bener TOP deh...
IKA DESI WARDANI
Ika itu anaknya asyik, dia juga pecinta Jepang sama kayak aku. Aku akrab sama dia juga pas udah lulus SMA dan ketemuan di reuni. Ika itu punya pipi chubby, kadang aku gemes lihat pipinya, hihihi... Ika sahabat keduaku setelah Fika yang paling akrab.
LINA TRISNAWATI
Lina ini anaknya baik, enak diajak ngobrol. Dia juga temen yang paling sering main ke rumahku. Waktu SMP, anaknya agak sombong sih, dan aku sulit bergaul sama dia. Tapi waktu reuni jadi akrab banget. Tiada hari tanpa sms-an sama Lina. Pokoknya dia temen yang asyik deh...
RINDA FATMAWATI
Rinda yang aku kenal waktu SMP itu anaknya tomboy abisss... potongan rambutnya kayak cowok, cepak. Pernah ada peristiwa lucu, waktu dia potong rambut gaya cowok dia sampek dipanggil ke ruang BP. Hahaha... kocak abisss deh... Bisa dibilang, Rinda ini temen pertamaku pas SMP. Gokil, lucu, agak gila, hihihi... untung sekarang dia udah kayak cewek...
EKA AMELIA STUDININGRUM
Eka ini waktu SMP agak susah aku ajak akrab. Dia satu geng sama Lina dan Rinda. Anaknya asyik, walau aku nggak begitu akrab sama dia.
NUR AINI
Aku biasanya manggil dia Nur. Anaknya cerewettt abisss... kalo ngomong cepetttt banget, hehehe... anaknya asyik dan bikin enjoy. Gokil juga.
LILA NOVINTA SYINDU RINAI
Anaknya asyik si Lila ini, walau terkadang aku sulit bergaul sama dia, hehehe... Lilasatu geng sama Fika dan Ika. Lila ini sering banget ganti nomer hape, aku sampek rada kesal juga. Masak mau hubungi dia, nomernya tiba-tiba nggak aktif, terpaksa deh aku telfon ke rumahnya minta nomer hape dia yang baru. Hahahaha...
Okeyyy, inilah temen-temen SMPku yang cewek yang aku temui lagi di FB. Next time aku ulas temen-temen SMPku yang cowok. Juga temen-temen SMA.... ^_^
Aneka ragam budaya Jepang (bunka, matsuri, ongaku,
eiga , iro-iro aru)
Negara Jepang kaya dengan berbagai kebudayaan leluhurnya
yang beraneka ragam. Walaupun saat ini perkembangan teknologi di Jepang terus
up date dalam hitungan perdetik , namun sisi tradisional masuh terus
dilestarikan hingga sekarang ini. Berikut ini adalah salah satu dari berbagai
macam kebudayaan Jepang yang masih terus berlangsung hingga saat ini :
Matsuri (祭, Matsuri) adalah kata dalam bahasa Jepang yang menurut
pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan untuk Kami,
sedangkan menurut pengertian sekularisme berarti festival, perayaan atau hari
libur perayaan.
Matsuri diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada umumnya diselenggarakan
jinja atau kuil, walaupun ada juga matsuri yang diselenggarakan gereja dan
matsuri yang tidak berkaitan dengan institusi keagamaan. Di daerah Kyushu,
matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut Kunchi.
Sebagian besar matsuri diselenggarakan dengan maksud untuk mendoakan
keberhasilan tangkapan ikan dan keberhasilan panen (beras, gandum, kacang,
jawawut, jagung), kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan kekebalan terhadap
penyakit, keselamatan dari bencana, dan sebagai ucapan terima kasih setelah
berhasil dalam menyelesaikan suatu tugas berat. Matsuri juga diadakan untuk
merayakan tradisi yang berkaitan dengan pergantian musim atau mendoakan arwah
tokoh terkenal. Makna upacara yang dilakukan dan waktu pelaksanaan matsuri
beraneka ragam seusai dengan tujuan penyelenggaraan matsuri. Matsuri yang
mempunyai tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai makna ritual yang berbeda
tergantung pada daerahnya.
Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu bisa ditemui prosesi atau
arak-arakan Mikoshi, Dashi (Danjiri) dan Yatai yang semuanya merupakan
nama-nama kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada matsuri juga bisa
dijumpai Chigo (anak kecil dalam prosesi), Miko (anak gadis pelaksana ritual),
Tekomai (laki-laki berpakaian wanita), Hayashi (musik khas matsuri), penari,
peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, dan pasar kaget
beraneka macam makanan dan permainan.
Sejarah
Matsuri berasal dari kata matsuru (祀る, matsuru? menyembah, memuja) yang
berarti pemujaan terhadap Kami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama
Shinto dikenal empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan,
pembacaan doa (norito), dan pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal
dalam mitologi Jepang adalah ritual yang dilakukan di depan Amano Iwato.
Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk Kigansai
(permohonan secara individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai
(upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi). Pembacaan doa yang
dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di tempat yang
tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri. Pada saat ini,
Ise Jingū merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih
menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi
kalangan terbatas dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta.
Sesuai dengan perkembangan zaman, tujuan penyelenggaraan matsuri sering
melenceng jauh dari maksud matsuri yang sebenarnya. Penyelenggaraan matsuri
sering menjadi satu-satunya tujuan dilangsungkannya matsuri, sedangkan matsuri
hanya tinggal sebagai wacana dan tanpa makna religius.
Tiga matsuri terbesar
* Gion Matsuri (Yasaka-jinja, Kyoto, bulan Juli)
* Tenjinmatsuri (Osaka Temmangu, Osaka, 24-25 Juli)
* Kanda Matsuri (Kanda Myōjin, Tokyo, bulan Mei)
Matsuri yang terkenal sejak dulu
Daerah Tohoku
* Nebuta Matsuri (kota Aomori, bulan Agustus) dan Neputa Matsuri (kota
Hirosaki, bulan Agustus)
* Kantō Matsuri (kota Akita, bulan Agustus)
* Sendai Tanabata Matsuri (kota Sendai, bulan Agustus)
Daerah Kanto
* Chichibuyo Matsuri (kota Chichibushi, Prefektur Saitama, 2-3 Desember)
* Sanja Matsuri (Asakusa-jinja, Tokyo, bulan Mei)
* Sannō Matsuri (Hie-jinja, Tokyo, bulan Juni)
Daerah Chubu
* Owarafū no bon (kota Toyama, Prefektur Toyama, bulan September)
* Shikinenzōei Onbashira Daisai (kota Suwa, Prefektur Nagano, diadakan setiap 6
tahun sekali, terakhir diadakan bulan April-Mei, 2004).
* Takayama Matsuri (kota Takayama, Prefektur Gifu, bulan April dan bulan
Oktober)
* Furukawa Matsuri (kota Hida, Prefektur Gifu, bulan April)
Daerah Kinki
* Aoi Matsuri (Kyoto, bulan Mei)
* Jidai Matsuri (Heian-jingu, Kyoto, bulan Oktober)
* Tōdaiji Nigatsudō Shuni-e atau dikenal sebagai Omizutori (Nigetsu-dō, kuil
Tōdaiji, Nara, 12 Maret)
* Kishiwada Danjiri Matsuri (Kishiwada, Prefektur Osaka, 14-15 September)
* Nada no Kenka Matsuri dan Banshū no Aki Matsuri (Prefektur Hyogo,
diselenggarakan lebih dari seratus jinja di daerah Banshū dengan pusat
keramaian di kota Himeji di bulan Oktober)
* Nachi no Hi Matsuri (Nachi Katsuura, Prefektur Wakayama, bulan Juli)
* Aizen Matsuri, Tenjinmatsuri dan Sumiyoshi Matsuri yang dikenal sebagai
"Tiga Matsuri Musim Panas Terbesar di Osaka" (Prefektur Osaka, bulan
Juni-Juli)
* Hakata Gion Yamakasa (Fukuoka, Prefektur Fukuoka, bulan Juli)
* Nagasaki Kunchi (Nagasaki, Prefektur Nagasaki, 7-9 Oktober)
* Karatsu Kunchi (Karatsu, Prefektur Saga, bulan November)
Pengertian lain
Dalam bahasa Jepang, kata "matsuri" juga berarti festival dan aksara
kanji untuk matsuri (祭, matsuri?) dapat dibaca sebagai sai, sehingga dikenal
istilah seperti Eiga-sai (festival film), Sangyō-sai (festival hasil panen),
Ongaku-sai (festival musik) dan Daigaku-sai (festival yang diadakan oleh
universitas).
Shimin Matsuri adalah sebutan untuk matsuri yang diselenggarakan pemerintah
daerah atau kelompok warga kota dengan maksud untuk menghidupkan perekonomian
daerah dan umumnya tidak berhubungan dengan institusi keagamaan.
Festival dan Matsuri yang lain
* Festival Salju Sapporo (Sapporo, Prefektur Hokkaido, bulan Februari)
* Festival Salju Iwate (Koiwai Farm, Shizukuishi, Prefektur Iwate, bulan
Februari)
* YOSAKOI Sōran Matsuri (Sapporo, Hokkaido, bulan Juni)
* Niigata Odori Matsuri (Niigata, Prefektur Niigata, pertengahan bulan
September)
* Odawara Hōjō Godai Matsuri (kota Odawara, Prefektur Kanagawa)
* Yosakoi Matsuri (kota Kochi, Prefektur Kochi, 9-12 Agustus)
* Hakata dontaku (3-4 April, kota Fukuoka)
* Hamamatsu Matsuri (3-5 Mei, kota Hamamatsu, Prefektur Shizuoka)
* Wasshoi Hyakuman Natsu Matsuri (kota Kita Kyūshū, Prefektur Fukuoka, hari
Sabtu minggu pertama bulan Agustus)
Origami
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan
adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami
merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.
Origami merupakan satu kesenian melipat kertas yang dipercayai bermula semenjak
kertas mula diperkenalkan pada abad pertama di Tiongkok pada tahun 105 oleh
seorang Tiongkok dikasi yang bernama Ts'ai Lun.
Pembuatan kertas dari potongan kecil tumbuhan dan kain berkualitas rendah
meningkatkan produksi kertas. Contoh-contoh awal origami yang berasal daripada
Republik Rakyat Tiongkok adalah tongkang Tiongkok dan kotak.
Pada abad ke-6, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh
orang-orang Arab. Pada tahun 610 di masa pemerintahan kaisar wanita Suiko
(zaman Asuka), seorang biksu Buddha bernama Donchō (Dokyo) yang berasal dari
Goguryeo (semenanjung Korea) datang ke Jepang memperkenalkan cara pembuatan
kertas dan tinta.
Origami pun menjadi populer di kalangan orang Jepang sampai sekarang terutama
dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi.
Washi (和紙,
Washi?) atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat dengan metode
tradisional di Jepang. Washi dianggap mempunyai tekstur yang indah, tipis tapi
kuat dan tahan lama jika dibandingkan dengan jenis kertas lain.
Produksi washi sering tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga
berharga mahal. Di Jepang, washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan
dan seni seperti Origami, Shodō dan Ukiyo-e. Washi juga digunakan sebagai
hiasan dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas
sashimi dalam kemasan, bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti kimono,
serta bahan interior rumah dan pelapis pintu dorong.
Di Jepang, washi juga merupakan bahan uang kertas sehingga uang kertas yen
terkenal kuat dan tidak mudah lusuh.
Festival di Jepang merupakan acara tradisional yang berhubungan dengan perayaan tertentu.
Beberapa festival mempunyai asal-usul dari festival yang juga awalnya ada di China
tetapi telah mengalami perubahan dramatis dengan tradisi lokal.
Beberapa malahan benar-benar berbeda yang tidak memiliki kemiripan dengan
festival “aslinya” walaupun memiliki nama dan waktu yang sama.
Terdapat pula beberapa festival lokal (seperti Tobata Gion) yang bahkan tidak
diketahui di luar prefektur lain.
Masyarakat Jepang pada umumnya tidak merayakan Tahun Baru China~karena telah
tergantikan oleh Tahun Baru Barat pada akhir abad 19~, tetapi warga China yang
bertempat tinggal di Jepang masih merayakannya. Di Yokohama, terdapat pecinan
terbesar di Jepang, dimana turis dari segala penjuru di Jepang datang untuk
menikmati perayaan tersebut. Hal ini juga mirip dengan festival lampion di
pecinan Nagasaki.
Festival biasanya terdiri dari satu atau dua acara utama, dengan stan-stan
makanan, pertunjukan, permainan untuk membuat pengunjung tetap betah dan
terhibur. Matsuri
Matsuri berarti festival atau hari raya. Di Jepang, festival biasanya
disponsori oleh kuil ataupun diadakan bukan yang bersifat kepercayaan. Biasanya
setiap daerah memiliki setidaknya satu matsuri di akhir musim panas atau
awal musim gugur, kadang berhubungan dengan panen.
Kita dapat
menemukan stan-stan di sekitar matsuri yang menjual souvenir atau makanan
seperti takoyaki, atau yang menyediakan permainan seperti menangkap ikan koki.
Selain itu ada juga kontes karaoke, pertandingan sumo, dan hiburan-hiburan lain
yang tersedia.
Berikut ini beberapa festival yang terkenal di Jepang
Festival Nasional
Seijin Shiki (Senin
kedua di bulan Januari)
Coming of Age Day
Hinamatsuri (3 Maret)
Festival boneka ini mempunyai nama lain seperti Sangatsu Sekku (Festival
Bulan 3), Momo Sekku (Festival Persik), Joshi no Sekku
(Festival Gadis).
Dikenal sebagai Festival Persik karena persik bersemi di awal musim semi
dan disimbolkan sebagai keberanian dan kecantikan feminin. Anak
perempuan memakai kimono terbaik mereka dan mengunjungi rumah temannya. Di
rumah-rumah di tempatkan panggung berisi hina ningyo (boneka
hina, sederet boneka yang mewakili kaisar, permaisuri, pelayan, dan musisi
yang memakai pakaian kuno) dan sekeluarga merayakan dengan makanan spesial
Hishimochi dan Shirozake.
Hanami (akhir bulan
Maret hingga awal April)
Berbagai festival bunga diadakan oleh kuil Shinto selama bulan April.
Darmawisata dan piknik
dilakukan untuk menikmati bunga, terutama bunga Sakura. Di beberapa
tempat, menikmati bunga diadakan berdasarkan hari-hari tertentu yang tetap.
Even ini yang paling populer selama musim semi.
selama bulan April
Tanabata (7 Juli)
Disebut juga festival bintang. Aslinya berasal dari legenda China yang
menceritakan dua bintang penenun (Vega) dan pengembala domba (Altair)
dimana mereka berdua pasangan kekasih yang hanya dapat bertemu sekali
dalam setahun pada malam ke-7 bulan ke-7 dimana tidak ada hujan dan banjir
di Milky Way pada hari itu. Dinamakan Tanabata setelah gadis penenun dari
legenda Jepang dipercayai dialah yang membuat baju untuk dewa-dewa. Warga
Jepang biasanya menuliskan permohonan dan harapan asmara di selembar
kertas berwarna dan menggantungkannya di ranting bambu bersamaan dengan
ornamen-ornamen kecil.
Shichi-Go-San:
festival untuk anak-anak berusia 3, 5, 7 tahun (15 November) Anak laki-laki
berusia lima tahun atau tujuh tahun serta anak
perempuan berusia tiga tahun dibawa ke kuil setempat untuk berdoa demi
keselamatan dan hidup yang sehat. Festival ini dilakukan karena ada
kepercayaan bahwa Anak-Anak pada usia tertentu bisa mendapat kesialan
sehingga diperlukan perlindungan. Anak-Anak biasanya mengenakan pakaian
tradisional untuk acaranya dan setelah mengunjungi kuil banyak orang
membeli chitose-ame (permen seribu tahun) yang dijual di kuil.
O-misoka (31
December)
Masyarakat Jepang membersihkan rumah (Osoji) untuk menyambut tahun baru
dan untuk menghilangkan pengaruh tidak baik. Banyak warga yang mengunjungi
kuil Buddha untuk mendengarkan bel berbunyi sebanyak 108 kali ketika malam
hari (joya no kane). Hal ini dilakukan untuk mengumumkan bahwa
tahun lama telah dilewati dan tahun yang baru telah datang. Alasan kenapa
dibunyikan 108 kali adalah karena penganut Buddha percaya manusia digoda
108 macam hasrat dan nafsu duniawi (bonno). Dengan tiap kali bunyi, satu
hasrat dihilangkan. Menjadi adat juga bahwa memakan toshikoshi koba
(mie melewati tahun) diharapkan bahwa seluruh keluarga mendapat
keberuntungan layaknya sepanjang mie yang panjang.
Oshogatsu (1-3
Januari, walaupun perayaan juga dilakukan selama bulan Januari)
Tahun Baru adalah even tahunan yang paling penting dan terperinci di
Jepang. Sebelum Tahun Baru, rumah dibersihkan, hutang-hutang dibayarkan,
dan osechi (makanan yang di baki untuk Tahun Baru) disiapkan
~atau dibeli. Osechi adalah makanan tradisional yang dipilih
karena warna keberuntungan, bentuk, atau nama yang menarik dengan harapan
untuk mendapatkan keberuntungan dalam berbagai segi kehidupan selama tahun
yang baru. Rumah didekorasi dan hari libur dirayakan dengan berkumpulnya
keluarga, mengunjungi kuil, dan menghubungi sanak famili dan sahabat. Hari
pertama dari tahun (ganjitsu) biasanya
dilewatkan bersama keluarga.
Setsubun
Memasuki tiap musim (musim semi,musim panas,musim gugur,musim dingin)
Ennichi
Pekan raya kuil (hari raya yang berkaitan dengan Kami dan/atau Buddha)
Kimono
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kimono (着物?)
adalah pakaian
tradisional Jepang.
Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai,
dan mono berarti barang).
Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf "T", mirip mantel berlengan
panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga ke pergelangan
kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria
mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di
bawah kerah bagian kiri.
Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut/pinggang, dan
diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zōri atau geta.
Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa.
Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode.[1] Ciri
khas furisode adalah lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai. Perempuan
yang genap berusia 20 tahun mengenakan furisode untuk menghadiri seijin
shiki. Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan,
upacara minum teh, dan acara formal lainnya.
Ketika tampil di luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono.[2]
Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi-Go-San.
Selain itu, kimono dikenakan pekerja bidang industri jasa dan pariwisata,
pelayan wanita rumah makan tradisional (ryōtei)
dan pegawai penginapan tradisional (ryokan).
Pakaian pengantin wanita tradisional
Jepang (hanayome ishō) terdiri dari furisode dan uchikake
(mantel yang dikenakan di atas furisode). Furisode untuk
pengantin wanita berbeda dari furisode untuk wanita muda yang belum
menikah. Bahan untuk furisode pengantin diberi motif yang dipercaya
mengundang keberuntungan, seperti gambar burung
jenjang. Warna furisode pengantin juga lebih cerah dibandingkan furisode
biasa. Shiromuku adalah sebutan untuk baju pengantin wanita tradisional
berupa furisode berwarna putih bersih dengan motif tenunan yang juga berwarna putih.
Sebagai pembeda dari pakaian Barat (yōfuku) yang dikenal sejak zaman Meiji,
orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang sebagai wafuku (和服?,
pakaian Jepang). Sebelum dikenalnya pakaian Barat, semua pakaian yang dipakai
orang Jepang disebut kimono. Sebutan lain untuk kimono adalah gofuku
(呉服?).
Istilah gofuku mulanya dipakai untuk menyebut pakaian orang negara Dong Wu (bahasa
Jepang : negara Go) yang tiba di Jepang dari daratan Cina.
Pemilihan jenis kimono yang tepat memerlukan pengetahuan mengenai simbolisme
dan isyarat terselubung yang dikandung masing-masing jenis kimono. Tingkat
formalitas kimono wanita ditentukan oleh pola tenunan dan warna, mulai dari
kimono paling formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono yang
dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat
formalitas dari acara yang dihadiri.
Tomesode adalah kimono paling
formal untuk wanita yang sudah menikah. Bila berwarna hitam, kimono jenis
ini disebut kurotomesode (arti harfiah: tomesode hitam). Kurotomesode memiliki
lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada bagian
atas (kanan/kiri), dan 2 bagian belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas
kurotomesode adalah motif indah pada suso (bagian bawah sekitar kaki)
depan dan belakang. Kurotomesode dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan
dan acara-acara yang sangat resmi.
Tomesode yang dibuat dari kain
berwarna disebut irotomesode (arti harfiah: tomesode berwarna). Bergantung
kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga
pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang
sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum
menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak
memperbolehkan tamu untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di
istana kaisar. Sama halnya seperti kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah
motif indah pada suso.
Furisode adalah kimono paling
formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan
motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan
yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri
upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan
teman, upacara wisuda,
atau hatsumode.
Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah satu
jenis furisode.
Hōmon-gi (訪問着?,
arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk wanita, sudah
menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk memakai bahan yang
bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi adalah motif di
seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu
resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan tahun
baru.[3]
Iromuji adalah kimono semiformal, namun
bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon).
Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3,
atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat
dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu,
biru muda, atau kuning muda atau
warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan
untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup
dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.
Tsukesage adalah kimono semiformal
untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan formalitas,
kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak
memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum
teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan
tahun baru.[3]
Komon adalah kimono santai untuk
wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif
sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang.[3]
Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam,
bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.
Tsumugi adalah kimono santai untuk
dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah.
Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti
ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil
tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal dan kasar.[3]
Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.
Bagian punggung montsuki
dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang
dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional.
Setelan ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya
resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin
shiki.
Kimono santai kinagashi
Pria mengenakan kinagashi
sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah pada kesempatan tidak
resmi. Aktor kabuki
mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak dihiasi dengan lambang
keluarga.
Kimono zaman
Jomon dan zaman Yayoi berbentuk seperti baju terusan. Dari situs
arkeologi tumpukan kulit kerang zaman Jomon ditemukan haniwa. Pakaian atas yang
dikenakan haniwa disebut kantoi (貫頭衣?).
Dalam Gishiwajinden (buku
sejarah Cina mengenai tiga negara) ditulis tentang pakaian sederhana untuk laki-laki.
Sehelai kain diselempangkan secara horizontal pada tubuh pria seperti pakaian biksu, dan sehelai
kain dililitkan di kepala. Pakaian wanita dinamakan kantoi. Di tengah
sehelai kain dibuat lubang untuk memasukkan kepala. Tali digunakan sebagai
pengikat di bagian pinggang.
Masih menurut Gishiwajinden, kaisar wanita bernama Himiko dari
Yamataikoku (sebutan zaman dulu untuk Jepang) "selalu mengenakan pakaian
kantoi berwarna putih". Serat rami merupakan bahan pakaian untuk rakyat
biasa, sementara orang berpangkat mengenakan kain sutra.
Pakaian zaman Kofun mendapat pengaruh dari daratan Cina, dan
terdiri dari dua potong pakaian: pakaian atas dan pakaian bawah. Haniwa
mengenakan baju atas seperti mantel yang dipakai menutupi kantoi. Pakaian bagian
bawah berupa rok yang
dililitkan di pinggang. Dari penemuan haniwa terlihat pakaian berupa
celana berpipa lebar seperti hakama.
Pada zaman
Kofun mulai dikenal pakaian yang dijahit. Bagian depan kantoi dibuat
terbuka dan lengan baju bagian bawah mulai dijahit agar mudah dipakai.
Selanjutnya, baju atas terdiri dari dua jenis kerah:
Kerah datar sampai persis di
bawah leher (agekubi)
Kerah berbentuk huruf "V" (tarekubi)
yang dipertemukan di bagian dada.
Aristokrat zaman Asuka bernama Pangeran
Shotoku menetapkan dua belas strata jabatan dalam istana kaisar (kan-i jūnikai).
Pejabat istana dibedakan menurut warna hiasan penutup kepala (kanmuri).
Dalam kitab hukum Taiho Ritsuryo dimuat
peraturan tentang busana resmi, busana pegawai istana, dan pakaian seragam
dalam istana. Pakaian formal yang dikenakan pejabat sipil (bunkan)
dijahit di bagian bawah ketiak. Pejabat militer mengenakan pakaian formal yang
tidak dijahit di bagian bawah ketiak agar pemakainya bebas bergerak. Busana dan
aksesori zaman Nara banyak dipengaruhi budaya Cina yang masuk ke Jepang.
Pengaruh budaya Dinasti Tang ikut memopulerkan baju berlengan sempit
yang disebut kosode untuk dikenakan sebagai pakaian dalam.
Pada zaman Nara terjadi perubahan dalam cara mengenakan kimono. Kalau
sebelumnya kerah bagian kiri harus berada di bawah kerah bagian kanan, sejak
zaman Nara, kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Cara
mengenakan kimono dari zaman Nara terus dipertahankan hingga kini. Hanya orang
meninggal dipakaikan kimono dengan kerah kiri berada di bawah kerah kanan.
Menurut aristokrat Sugawara Michizane,
penghentian pengiriman utusan Jepang untuk Dinasti Tang (kentoshi)
memicu pertumbuhan budaya lokal. Tata cara berbusana dan standardisasi protokol
untuk upacara-upacara formal mulai ditetapkan secara resmi. Ketetapan tersebut
berakibat semakin rumitnya tata busana zaman Heian. Wanita zaman Heian
mengenakan pakaian berlapis-lapis yang disebut jūnihitoe. Tidak hanya
wanita zaman Heian, pakaian formal untuk militer juga menjadi tidak praktis.
Ada tiga jenis pakaian untuk pejabat pria pada zaman Heian:
Sokutai (pakaian
upacara resmi berupa setelan lengkap)
I-kan (pakaian untuk
tugas resmi sehari-hari yang sedikit lebih ringan dari sokutai)
Noshi (pakaian untuk
kesempatan pribadi yang terlihat mirip dengan i-kan).
Rakyat biasa mengenakan pakaian yang disebut suikan atau kariginu
(狩衣?,
arti harafiah: baju berburu). Di kemudian hari, kalangan aristokrat menjadikan kariginu
sebagai pakaian sehari-hari sebelum diikuti kalangan samurai.
Pada zaman Heian terjadi pengambilalihan kekuasaan oleh kalangan samurai,
dan bangsawan istana dijauhkan dari dunia politik. Pakaian yang dulunya
merupakan simbol status bangsawan istana dijadikan simbol status kalangan
samurai.
Pada zaman Sengoku, kekuasaan pemerintahan berada di
tangan samurai. Samurai mengenakan pakaian yang disebut suikan. Pakaian jenis ini
nantinya berubah menjadi pakaian yang disebut hitatare. Pada zaman
Muromachi, hitatare merupakan pakaian resmi samurai. Pada zaman
Muromachi dikenal kimono yang disebut suō (素襖?),
yakni sejenis hitatare yang tidak menggunakan kain pelapis dalam. Ciri
khas suō adalah lambang keluarga dalam ukuran besar di delapan tempat.
Pakaian wanita juga makin sederhana. Rok bawah yang disebut mo (裳?)
makin pendek sebelum diganti dengan hakama. Setelan mo dan hakama
akhirnya hilang sebelum diganti dengan kimono model terusan, dan kemudian
kimono wanita yang disebut kosode. Wanita mengenakan kosode
dengan kain yang dililitkan di sekitar pinggang (koshimaki) dan/atau yumaki.
Mantel panjang yang disebut uchikake dipakai setelah
memakai kosode.
Penyederhaan pakaian samurai berlanjut hingga zaman Edo.
Pakaian samurai zaman Edo adalah setelan berpundak lebar yang disebut kamishimo
(裃?).
Satu setel kamishimo terdiri dari kataginu (肩衣?)
dan hakama.
Di kalangan wanita, kosode menjadi semakin populer sebagai simbol budaya
orang kota yang mengikuti tren busana.
Zaman Edo adalah zaman keemasan panggung sandiwara kabuki. Penemuan
cara penggandaan lukisan berwarna-warni yang disebut nishiki-e atau ukiyo-e mendorong
makin banyaknya lukisan pemeran kabuki yang mengenakan kimono mahal dan
gemerlap. Pakaian orang kota pun cenderung makin mewah karena iking meniru
pakaian aktor kabuki.
Kecenderungan orang kota berpakaian semakin bagus dan jauh dari norma konfusianisme
ingin dibatasi oleh Keshogunan Edo. Secara bertahap pemerintah
keshogunan memaksakan kenyaku-rei, yakni norma kehidupan sederhana yang
pantas. Pemaksaan tersebut gagal karena keinginan rakyat untuk berpakaian bagus
tidak bisa dibendung. Tradisi upacara
minum teh menjadi sebab kegagalan kenyaku-rei. Orang menghadiri
upacara minum teh memakai kimono yang terlihat sederhana namun ternyata
berharga mahal.
Tali pinggang kumihimo dan gaya mengikat obi
di punggung mulai dikenal sejak zaman Edo. Hingga kini, keduanya bertahan
sebagai aksesori sewaktu mengenakan kimono.
Politik isolasi (sakoku) membuat terhentinya impor benang sutra. Kimono mulai
dibuat dari benang sutra produksi dalam negeri. Pakaian rakyat dibuat dari kain
sutra jenis crape lebih murah. Setelah terjadi kelaparan zaman Temmei
(1783-1788), Keshogunan Edo pada tahun 1785 melarang rakyat
untuk mengenakan kimono dari sutra. Pakaian orang kota dibuat dari kain katun atau kain rami. Kimono berlengan lebar yang
merupakan bentuk awal dari furisode populer di kalangan wanita.
Industri berkembang maju pada zaman Meiji.
Produksi sutra meningkat, dan Jepang menjadi eksportir sutra terbesar. Harga
kain sutra tidak lagi mahal, dan mulai dikenal berjenis-jenis kain sutra.
Peraturan pemakaian benang sutra dinyatakan tidak berlaku. Kimono untuk wanita
mulai dibuat dari berbagai macam jenis kain sutra. Industri pemintalan sutra didirikan di
berbagai tempat di Jepang. Sejalan dengan pesatnya perkembangan industri
pemintalan, industri tekstil benang sutra ikut berkembang. Produknya berupa
berbagai kain sutra, mulai dari kain krep, rinzu, omeshi, hingga
meisen.
Tersedianya beraneka jenis kain yang dapat diproses menyebabkan
berkembangnya teknik pencelupan kain. Pada zaman Meiji mulai dikenal teknik yuzen, yakni menggambar dengan kuas untuk menghasilkan corak kain di
atas kain kimono.
Sementara itu, wanita kalangan atas masih menggemari kain sutra yang
bermotif garis-garis dan susunan gambar yang sangat rumit dan halus. Mereka
mengenakan kimono dari model kain yang sudah populer sejak zaman Edo sebagai
pakaian terbaik sewaktu menghadiri acara istimewa. Hampir pada waktu yang
bersamaan, kain sutra hasil tenunan benang berwarna-warni hasil pencelupan mulai disukai orang.
Tidak lama setelah pakaian impor dari Barat mulai masuk ke Jepang, penjahit lokal
mulai bisa membuat pakaian Barat. Sejak itu pula, istilah wafuku dipakai
untuk membedakan pakaian yang selama ini dipakai orang Jepang dengan pakaian
dari Barat. Ketika pakaian Barat mulai dikenal di Jepang, kalangan atas memakai
pakaian Barat yang dipinjam dari toko persewaan pakaian Barat.
Di era modernisasi Meiji, bangsawan istana mengganti kimono dengan pakaian
Barat supaya tidak dianggap kuno. Walaupun demikian, orang kota yang ingin
melestarikan tradisi estetika keindahan tradisional tidak menjadi terpengaruh.
Orang kota tetap berusaha mempertahankan kimono dan tradisi yang dipelihara
sejak zaman Edo. Sebagian besar pria zaman Meiji masih memakai kimono untuk
pakaian sehari-hari. Setelan jas sebagai busana formal pria juga mulai populer. Sebagian besar
wanita zaman Meiji masih mengenakan kimono, kecuali wanita bangsawan dan guru
wanita yang bertugas mengajar anak-anak perempuan. Seragam militer dikenakan
oleh laki-laki yang mengikuti dinas militer. Seragam tentara angkatan darat
menjadi model untuk seragam sekolah anak laki-laki. Seragam anak sekolah juga
menggunakan model kerah berdiri yang mengelilingi leher dan tidak jatuh ke
pundak (stand-up collar) persis model kerah seragam tentara. Pada akhir zaman
Taisho, pemerintah menjalankan kebijakan mobilisasi. Seragam anak sekolah
perempuan diganti dari andonbakama (kimono dan hakama) menjadi
pakaian Barat yang disebut serafuku (sailor fuku), yakni setelan
blus mirip pakaian pelaut dan rok.
Semasa perang, pemerintah membagikan pakaian seragam untuk penduduk
laki-laki. Pakaian seragam untuk laki-laki disebut kokumin fuku (seragam
rakyat). Wanita dipaksa memakai monpei yang berbentuk seperti celana
panjang untuk kerja dengan karet di bagian pergelangan kaki.
Setelah Jepang kalah dalam Perang
Dunia II, wanita Jepang mulai kembali mengenakan kimono sebelum akhirnya
ditinggalkan karena tuntutan modernisasi. Dibandingan kerumitan memakai kimono,
pakaian Barat dianggap lebih praktis sebagai pakaian sehari-hari.
Hingga pertengahan tahun 1960-an, kimono masih banyak dipakai wanita Jepang sebagai
pakaian sehari-hari. Pada saat itu, kepopuleran kimono terangkat kembali
setelah diperkenalkannya kimono berwarna-warni dari bahan wol. Wanita zaman itu
menyukai kimono dari wol sebagai pakaian untuk kesempatan santai.
Setelah kimono tidak lagi populer, pedagang kimono mencoba berbagai macam
strategi untuk meningkatkan angka penjualan kimono. Salah satu di antaranya
dengan mengeluarkan "peraturan mengenakan kimono" yang disebut yakusoku.
Menurut peraturan tersebut, kimono jenis tertentu dikatakan hanya cocok dengan
aksesori tertentu. Maksudnya untuk mendikte pembeli agar membeli sebanyak
mungkin barang. Strategi tersebut ternyata tidak disukai konsumen, dan minat
masyarakat terhadap kimono makin menurun. Walaupun pedagang kimono melakukan
promosi besar-besaran, opini "memakai kimono itu ruwet" sudah
terbentuk di tengah masyarakat Jepang.
Hingga tahun 1960-an, kimono masih dipakai pria sebagai pakaian santai di
rumah. Gambar pria yang mengenakan kimono di rumah masih bisa dilihat dalam
berbagai manga
terbitan tahun 1970-an. Namun sekarang ini, kimono tidak dikenakan pria sebagai
pakaian di rumah, kecuali samue yang dikenakan para
perajin.
Bahan kain kimono adalah hasil dari kesenian tenun tradisional Jepang yang
bernilai seni. Kimono untuk kesempatan formal hanya dibuat dari kain sutra kelas terbaik
dan hanya dijahit dengan tangan (tidak memakai mesin jahit).
Oleh karena itu, harga kimono sering menjadi sangat mahal. Kimono umumnya tidak
pernah dijual dalam keadaan jadi, melainkan harus dipesan dan dijahit sesuai
dengan ukuran badan pemakai.
Sewaktu membeli kain, tinggi badan pemakai tidak diperhitungkan. Bahan
kimono dibeli dalam satu gulungan kain yang ditenun dengan sempurna tanpa
cacat. Membeli kimono dimulai dengan pemilihan bahan kain kimono yang disebut tanmono
(反物?,
arti harfiah: gulungan kain dengan panjang 1 tan, atau sekitar 10,6 m). Bila
kebetulan pemakai kimono bertubuh pendek dan ramping, setelah kimono selesai
dijahit akan banyak bahan kimono yang tersisa. Sisa bahan kimono bisa
dimanfaatkan untuk membuat aksesori pelengkap kimono, seperti tas, dompet, atau sandal.
Kain kimono dapat dibeli dengan harga lebih murah pada kesempatan obral
bahan kelas dua yang disebut B-tan ichi (B反市?,
arti harfiah: pasar kain kelas B) untuk membedakannya dari bahan kimono kelas A
yang ditenun sempurna tanpa cacat. Walaupun bahan kain yang dibeli memiliki
sedikit cacat, penjahit kimono yang berpengalaman dapat menyembunyikan bagian
tenunan yang rusak. Setelah jadi, kimono dari pasar kain kelas B mungkin akan
terlihat sama dengan kimono dari bahan sempurna.
Kimono yang dijahit dari bahan berkualitas tinggi merupakan benda warisan
keluarga. Kimono bekas pakai masih mempunyai nilai jual tinggi, terutama karena
ukuran kimono dapat disesuaikan dengan ukuran badan pemilik yang baru. Di
Jepang bisa dijumpai toko-toko yang menjual kimono bekas pakai. Semasa Perang
Dunia II, kimono pernah digunakan sebagai alat pembayaran sewaktu penduduk
kota kekurangan pangan. Uangnya dipakai untuk membeli beras, telur, dan bumbu
dapur seperti miso,
dan gula.
Hakama adalah celana panjang pria
yang dibuat dari bahan berwarna gelap. Celana jenis ini berasal dari daratan
Cina dan mulai dikenal sejak zaman Asuka. Selain dikenakan pendeta Shinto, hakama
dikenakan pria dan wanita di bidang olahraga bela diri tradisional seperti kendo atau kyudo.
Upacara minum teh (茶道,sadō, chadō?,
jalan teh) adalah ritual tradisional Jepang dalam
menyajikan teh untuk
tamu. Pada zaman dulu disebut chatō (茶の湯?)
atau cha no yu. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate.
Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh
dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu.
Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan
untuk tamu seperti memilih lukisan dinding (kakejiku), bunga (chabana),
dan mangkukkeramik yang
sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang.
Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam
arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan
rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi
peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan
upacara minum teh (chashitsu) dan berbagai
pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang
dianut.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan
penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal
untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan,
basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat
dari teh
hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchadō,
sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō.
Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut
sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar
mempraktekkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam
upacara minum teh.
Lu Yu (Riku U) adalah seorang ahli teh dari dinasti
Tang di Tiongkok
yang menulis buku berjudul Ch'a Ching (茶经) atau Chakyō (bahasa Inggris: Classic
of Tea). Buku ini merupakan ensiklopedia
mengenai sejarah teh, cara menanam teh, sejarah minum teh, dan cara membuat dan
menikmati teh.
Produksi teh dan tradisi minum teh dimulai sejak zaman Heian
setelah teh dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang dikirim ke dinasti
Tang. Literatur klasik Nihon Kōki menulis tentang Kaisar Saga yang sangat
terkesan dengan teh yang disuguhkan pendeta bernama Eichu sewaktu mengunjungi Provinsi
Ōmi di tahun 815.
Catatan dalam Nihon Kōki merupakan sejarah tertulis pertama tentang tradisi
minum teh di Jepang.
Pada masa itu, teh juga masih berupa teh hasil fermentasi
setengah matang mirip Teh Oolong yang dikenal sekarang ini. Teh dibuat dengan
cara merebus teh di dalam air panas dan hanya dinikmati di beberapa kuil agama
Buddha. Teh belum dinikmati di kalangan terbatas sehingga kebiasaan minum teh
tidak sempat menjadi populer.
Di zaman Kamakura, pendeta Eisai dan Dogen menyebarkan ajaran Zen di Jepang sambil
memperkenalkan matcha
yang dibawanya dari Tiongkok sebagai obat. Teh dan ajaran Zen menjadi populer
sebagai unsur utama dalam penerangan spiritual. Penanaman teh lalu mulai
dilakukan di mana-mana sejalan dengan makin meluasnya kebiasaan minum teh.
Permainan tebak-tebakan daerah tempat asal air yang diminum berkembang di zaman
Muromachi. Permainan tebak-tebakan air minum disebut Tōsui dan menjadi
populer sebagai judi yang disebut Tōcha. Pada Tōcha, permainan berkembang
menjadi tebak-tebakan nama merek teh yang yang diminum.
Pada masa itu, perangkat minum teh dari dinasti
Tang dinilai dengan harga tinggi. Kolektor perlu mengeluarkan banyak uang
untuk bisa mengumpulkan perangkat minum teh dari Tiongkok. Acara minum teh
menjadi populer di kalangan daimyo yang mengadakan upacara minum teh secara mewah menggunakan
perangkat minum teh dari Tiongkok. Acara minum teh seperti ini dikenal sebagai Karamono
suki dan ditentang oleh nenek moyang ahli minum teh Jepang yang bernama Murata Jukō. Menurut Jukō, minuman
keras dan perjudian harus dilarang dari acara minum teh. Acara minum teh juga
harus merupakan sarana pertukaran pengalaman spiritual antara pihak tuan rumah
dan pihak yang dijamu. Acara minum teh yang diperkenalkan Jukō merupakan
asal-usul upacara minum teh aliran Wabicha.
Wabicha dikembangkan oleh seorang pedagang sukses dari kota Sakai
bernama Takeno Shōō dan disempurnakan
oleh murid (deshi) yang bernama Sen no Rikyū di zaman Azuchi Momoyama. Wabicha ala Rikyū
menjadi populer di kalangan samurai dan melahirkan murid-murid terkenal seperti Gamō Ujisato, Hosokawa Tadaoki, Makimura Hyōbu, Seta Kamon, Furuta Shigeteru, Shigeyama Kenmotsu, Takayama Ukon, Rikyū Shichitetsu.
Selain itu, dari aliran Wabicha berkembang menjadi aliran-aliran baru yang
dipimpin oleh daimyo
yang piawai dalam upacara minum teh seperti Kobori Masakazu, Katagiri Sekijū dan Oda Uraku. Sampai saat ini
masih ada sebutan Bukesadō untuk upacara minum teh gaya kalangan samurai
dan Daimyōcha untuk upacara minum teh gaya daimyō.
Sampai di awal zaman Edo, ahli upacara minum teh sebagian besar terdiri
dari kalangan terbatas seperti daimyo dan pedagang yang sangat kaya. Memasuki
pertengahan zaman Edo, penduduk kota yang sudah sukses secara ekonomi dan
membentuk kalangan menengah atas secara beramai-ramai menjadi peminat upacara
minum teh.
Kalangan penduduk kota yang berminat mempelajari upacara minum teh disambut
dengan tangan terbuka oleh aliran Sansenke (tiga aliran Senke: Omotesenke, Urasenke dan Mushanokōjisenke) dan
pecahan aliran Senke.
Kepopuleran upacara minum teh menyebabkan jumlah murid menjadi semakin
banyak sehingga perlu diatur dengan suatu sistem. Iemoto seido adalah peraturan
yang lahir dari kebutuhan mengatur hirarki antara guru dan murid dalam seni
tradisional Jepang. Joshinsai (guru generasi ke-7
aliran Omotesenke) dan Yūgensai (guru generasi ke-8
aliran Urasenke) dan murid senior
Joshinsai yang bernama Kawakami Fuhaku (Edosenke generasi pertama)
kemudian memperkenalkan metode baru belajar upacara minum teh yang disebut Shichijishiki. Upacara minum
teh dapat dipelajari oleh banyak murid secara bersama-sama dengan metode
Shichijishiki.
Berbagai aliran upacara minum teh berusaha menarik minat semua orang untuk
belajar upacara minum teh, sehingga upacara minum teh makin populer di seluruh
Jepang. Upacara minum teh yang semakin populer di kalangan rakyat juga
berdampak buruk terhadap upacara minum teh yang mulai dilakukan tidak secara
serius seperti sedang bermain-main.
Sebagian guru upacara minum teh berusaha mencegah kemunduran dalam upacara
minum teh dengan menekankan pentingnya nilai spiritual dalam upacara minum teh.
Pada waktu itu, kuil Daitokuji yang merupakan kuil
sekte Rinzai
berperan penting dalam memperkenalkan nilai spiritual upacara minum teh sekaligus
melahirkan prinsip Wakeiseijaku yang berasal
dari upacara minum teh aliran Rikyū.
Di akhir Keshogunan Tokugawa, Ii Naosuke menyempurnakan
prinsip Ichigo ichie (satu kehidupan
satu kesempatan). Pada masa ini, upacara minum teh yang sekarang dikenal
sebagai sadō berhasil disempurnakan dengan penambahan prosedur
sistematis yang riil seperti otemae (teknik persiapan, penyeduhan,
penyajian teh) dan masing-masing aliran menetapkan gaya serta dasar filosofi
yang bersifat abstrak.
Memasuki akhir zaman Edo, upacara minum teh yang menggunakan matcha yang
disempurnakan kalangan samurai menjadi tidak populer di kalangan masyarakat
karena tata krama yang kaku. Masyarakat umumnya menginginkan upacara minum teh
yang bisa dinikmati dengan lebih santai. Pada waktu itu, orang mulai menaruh
perhatian pada teh sencha
yang biasa dinikmati sehari-hari. Upacara minum teh yang menggunakan sencha
juga mulai diinginkan orang banyak. Berdasarkan permintaan orang banyak,
pendeta Baisaō yang dikenal juga sebagai Kō Yūgai menciptakan aliran
upacara minum teh dengan sencha (Senchadō) yang menjadi mapan dan
populer di kalangan sastrawan.
Pemerintah feodal yang ada di seluruh Jepang merupakan pengayom berbagai
aliran upacara minum teh, sehingga kesulitan keuangan melanda berbagai aliran
upacara minum teh setelah pemerintah feodal dibubarkan di awal era Meiji. Hilangnya
bantuan finansial dari pemerintah feodal akhirnya digantikan oleh pengusaha
sukses seperti Masuda Takashi lalu
bertindak sebagai pengayom berbagai aliran upacara minum teh.
Pada tahun 1906,
pelukis terkenal bernama Okakura Tenshin
menerbitkan buku berjudul The Book of Tea di Amerika
Serikat. Memasuki awal abad ke-20, istilah sadō atau chadō mulai banyak
digunakan bersama-sama dengan istilah cha no yu atau Chanoyu.
Sansenke - Aliran yang
dimulai oleh Sen no Shōan yang
merupakan anak yang dibawa oleh istri muda Sen no Rikyū dan
diteruskan oleh garis keturunan keluarganya hingga sekarang. Sansenke
merupakan garis keturunan terpisah dari keluarga Sakaisenke. Aliran
Sansenke terdiri dari:
Sōtanryū - Aliran yang
dilahirkan Sensōtan (anak Sen no Shōan)
dan murid-muridnya. Selain aliran Sansenke, aliran Matsuoryū, aliran
Yōkenryū, aliran Sōhenryū, aliran Fusairyū dan aliran Hisadaryū juga masih
merupakan garis keturunan Sotanshitennō.
Sakaisenke - Keluarga
utama Senke. Sen no Dōan (putra sah Sen no rikyū) merupakan
penerus keluarga Senke, tapi garis keturunannya terputus.
Memiliki nama lengkap Desi Tri Rahmawati. Biasanya dipanggil Desi atau Desi-chan. Menyukai segala hal yang berbau Jepang, baik itu anime, manga, kebudayaan, dan film Jepang. Pengin banget suatu saat bisa ke Jepang. Suka menulis dan membaca. Beberapa karyanya ada di dalam beberapa antologi, baik itu cerpen, puisi mau pun flash fiction.
Yang mau kenal, bisa add FB-ku, https://www.facebook.com/desitrirahmawati