Kamis, 24 Mei 2012

MY CERPEN 2 (SPONTAN)









PENCURI HATI


Aku terpana sejenak saat menatap matanya yang kecoklatan. Ah, pandangan yang teduh dan membuat hatiku berdesir aneh. Jantung mulai berdetak kencang, wajahku seketika memerah karena malu. Ada apa ini? Kenapa aku jadi aneh seperti ini? Tuhan ... beri aku jawaban akan kegelisahan ini.



     "Misya, kamu ngapain dari tadi di situ?" tegur seseorang di belakangku. Aku tersentak kaget dan menoleh. Ternyata Kikio, sahabatku yang paling akrab. Aku tersenyum malu.

     "Nggak ada apa-apa kok, Ki. Hmm, kamu tau nggak cowok yang di sana itu siapa?" tanyaku sambil menunjuk seseorang. Kikio mengikuti arah tanganku yang menunjuk sosok di kejauhan.

     "Yang mana?" balik tanya Kikio bingung. Kikio menangkupkan telapak tanggannya di atas matanya agar pandangannya tak terhalang cahaya matahari.

     "Yang di sana itu lho, Ki ..." jelasku lagi. Kikio mempertajam pandangan matanya.

     "Oh ... yang itu tho. Hmm, kalau nggak salah itu cowok pindahan deh. Baru kali ini aku lihat dia. Eh, dia main basketnya jago banget ya? Keren ..." puji Kikio terkesima. Aku mengangguk membenarkan. Sambil sesekali mataku melirik ke arah laki-laki itu.

     "Siapa kau sebenarnya, hay pencuri hati ...?" tanyaku dalam hati.



 Laki-laki itu kembali beraksi dengan dribble bolanya. Sesekali dia memasukkan three point, bahkan dia juga melakukan slam dunk. Aku spontan bertepuk tangan saat dia kembali memasukkan bola ke dalam ring dengan begitu anggun. Kikio menyenggol bahuku pelan.



    "Cowok itu memperhatikan kamu tuh ..." kata Kikio. Aku melongo mendengar ucapan Kikio, dan mataku mulai menangkap sosoknya yang mendekat. Mendadak aku menjadi gugup.

    "Makasih tepukan tangannya. Oh ya, aku Rifky, kalian siapa?" kata laki-laki itu sambil tersenyum lembut.

    "Hay, Rif. Aku Kikio, kalau yang ini sahabatku, Misya. Kamu siswa baru ya?" tanya Kikio. Rifky mengangguk dan lagi-lagi tersenyum. Ah, tolong jangan tersenyum seperti itu. Apa kau tahu kalau senyumanmu itu telah membuatku terpana?

    "Ya udah, aku ke sana dulu ya. Senang kenalan dengan kalian. Bye ..." pamit Rifky. Aku mengangguk kaku, sedangkan Kikio melambaikan tangan dengan heboh.

                                                                  *****



    "Aku sepertinya jatuh cinta deh sama Rifky," kata Kikio tiba-tiba keesokan harinya. Aku mengernyitkan alis. Sedikit tersentak dengan kata-kata Kikio.

    "Gitu ya ...?" responku sedikit menggantung.

    "Kamu sendiri gimana, Mis?" tanya Kikio menoleh menatapku. Aku tergagap saat Kikio menanyakan hal itu.

    "Aku ... aku ..." aku bingung harus menjawab apa.

    "Kalau kamu juga suka dia, gimana kalau kita saingan secara sehat?" tantang Kikio bersemangat. Aku mendegut ludah pelan.

    "Aku ..." kata-kataku terputus tanpa bisa aku lanjutkan.

    "Oke, deal kalau begitu!" putus Kikio akhirnya.

    "Jangan ada yang menikung atau curang ya. Kita bersaing secara sehat. Hmm, seru nih kayaknya," kata Kikio senang.



Aku hanya bisa menunduk dalam diam. Mulutku membisu, tak sanggup berkata apapun. Bersaing? Dengan Kikio? Jelas aku yang akan kalah. Aku tahu dengan sangat jelas pesona Kikio.

                                                ******



Tiga minggu sudah persaingan kami dimulai. Dan selama itu hanya Kikio yang sangat aktif mendekati Rifky, sedangkan aku hanya bisa menatap di kejauhan.



   "Hahahaha ... Mis, kamu pasti kaget dengar kabar ini. Rifky nolak aku. Dan kamu tau siapa yang dia sukai?" tanya Kikio sambil terisak pelan.

   "Aku nggak ngerti maksud kamu, Ki. Kenapa kamu mesti laporan ke aku?" tanyaku tak mengerti. Kikio memandangku tajam.

   "Karena yang dicintai Rifky adalah kamu, Mis ...!" teriak Kikio marah. Aku tercekat.

   "Aku?" tanyaku sambil menunjuk diriku sendiri.

   "Iya, kamu, Mis! Kenapa selalu kamu sih, Mis? Dulu juga begitu. Kenapa hanya kamu yang dilihat semua cowok? Lalu aku ini apa? Kenapa kamu nggak menghilang saja dari dunia ini, Mis? Kenapa?" teriak Kikio histeris. Aku terdiam mendengar sumpah serapah Kikio.



Selesai menumpahkan amarahnya Kikio pergi meninggalkanku dengan keadaan emosi. Aku tercengang dan masih belum bisa berkata apapun.

                                                         ******



Sekarang aku berdiri di sini. Di hutan terlarang belakang sekolah. Pikiranku kacau, dan hanya tempat ini yang bisa membuatku tenang. Perlahan aku melangkahkan kaki menuju ke dalam hutan. Kegelapan seketika menyergapku, aku mengerjap-ngerjapkan mataku, berusaha menyesuaikan diri dengan kegelapan. Dan hal itu akhirnya berhasil.



     "Kau datang ke sini, Mis?" sapa seseorang di kegelapan. Aku tak perlu melihat dengan jelas siapa itu yang menyapaku. Dengan mendengar suaranya, aku tahu siapa dia.

     "Aku kesepian ..." kataku pelan nyaris tak terdengar.

     "Apa kamu mau bersamaku di sini, Mis? Kau sudah siap?" tanya suara itu lagi. Aku mengangguk perlahan.

     "Aku akan bersamamu di sini, Key. Sekarang lakukanlah!" perintahku tanpa ragu.

     "Kau serius, Mis?" tanya Key tak percaya. Aku menganggukkan kepalaku kuat-kuat.

     "Aku serius. Aku lebih baik menjadi vampire dalam hutan ini, daripada menelan begitu banyak penderitaan di luar. Aku nggak kuat lagi, Key. Aku capek ..." kataku sambil terisak.

     "Baiklah. Kalau itu maumu. Kebetulan nanti malam adalah bulan purnama, sangat cocok untuk upacara ini," kata Key menyeringai.

                                                          *****



Malam bulan purnama, saat yang aku tunggu akhirnya tiba. Aku terbaring di atas meja batu persembahan. Key sudah siap dengan persiapan upacara ini. Dan tentu saja Key sudah menyiapkan darahnya dalam secangkir gelas. Darah vampire adalah racun bagi tubuh manusia. Tapi kalau darah itu diminum saat upaca diadakan, otomatis darah itu akan merubah tubuh manusia menjadi vampire. Key menolak saat aku memintanya untuk menggigitku saja. Key bukan vampire sekejam itu. Di hutan ini Key sendirian, dia kesepian. Saat bertemu denganku empat bulan yang lalu, Key sudah tertarik padaku. Tapi saat itu aku masih belum ada keinginan untuk bermutasi menjadi vampire. Dan saat ini keinginan itu muncul.



Key mengatur beberapa jenis bunga di sekeliling tempatku berbaring, dan saat bulan purnama menerpa wajahku, Key membacakan beberapa mantra. Mata Key terpejam rapat dan sangat serius. Angin tiba-tiba datang menerjang. Suara hewan di hutan mulai menghilang. Sekarang suasana sangat hening dan terasa aneh. Tiba-tiba Key membuka mata dan mengambil secangkir darahnya. Disodorkannya darah itu ke arahku. Aku menerimanya sambil mendegut ludah.



    "Minumlah dalam sekali teguk!" perintah Key. Aku mengangguk. Aku mendekatkan cangkir itu ke mulutku dan meneguk isinya dalam sekali teguk.

          Prangg ...!

Cangkir itu terjatuh dari tanganku. Mataku melotot. Aku memegang leherku yang terasa panas dan mencekik. Sangat panas hingga ingin mati rasanya.



    "Arrghh ...!" jeritku kuat-kuat. Key kembali duduk bersila dan membacakan beberapa mantra aneh.



Dalam sekejap mataku mulai terasa berat dan aku mulai tertidur.

                                               ******



Saat aku membuka mataku, Key tersenyum menyeringai di sebelahku. Aku mencoba duduk dan aku merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan diriku. Key mengangsurkan sebuah cermin ke arahku.



    "Lihatlah dirimu sekarang!" perintahnya. Aku mengambil cermin itu dan menatap bayanganku dalam cermin. Untuk seketika aku terpana melihat sosok dalam cermin. Seorang wanita yang sangat cantik dengan mata kuning keemasan.Kulit pucat dan bercahaya terkena cahaya matahari. Bibir yang merah dan seakan haus darah. Inikah aku?

    "Selamat datang Misya. Vampire kekasihku ..." ucap Key tersenyum sambil mengulurkan tangannya. Aku meraih tangan Key dengan senyum.

    "Selamat datang Misya yang baru," jawabku yang tentu saja aku tujukan buat diriku sendiri.

    "Kau pasti haus, Mis. Mari kita berburu untuk mengobati rasa hausmu. Hitung-hitung ini perburuan pertamamu," ajak Key. Aku mengangguk setuju.

    "Ayo ..." kataku.



Aku dan Key segera melesat dengan kecepatan super untuk mencari buruan pertama kami. Sebagai santapan untuk makan pagi kami. Aku sekarang bukan Misya yang lemah dan dicintai beberapa laki-laki dari kalangan manusia. Aku sekarang Misya, si vampire wanita, pasangan Key. Dan tentu saja ditakuti oleh kalangan manusia.



     "Mangsa!!" teriak kami bersamaan saat melihat seekor rusa. Dengan cepat aku menerkam rusa itu dan segera mengoyaknya dengan taringku. Darah yang segar segera kuminum dengan tak sabar.



Kehidupan baru sebagai vampire baru saja aku mulai.







                                                                       THE END

0 komentar:

Posting Komentar